(LIHAT STRATEGI-STRATEGI
PENERJEMAHAN LAINNYA. DOWNLOAD WORD (STRATEGI PENERJEMAHAN UNTUK KONSEP YANG TIDAK DIKENAL DALAM BAHASA
PENERIMA) klik
Strategi atau teknik atau prosedur
penerjemahan adalah tuntutan teknis untuk menerjemahkan frase demi frase atau
kalimat demi kalimat. Menurut Zunchiridin dan Sugeng, ada dua jenis stategi penerjemahan : Strategi
struktural dan strategi semantis.
1. Strategi
Struktural
Yang dimaksud dengan strategi struktural
adalah strategi yang berkenaan dengan sruktur kalimat. Strategi ini harus
diikuti oleh penerjemah jika ingin teks terjemahanya dapat diterima secara
struktural di dalam bahasa sasaran atau jika ingin teks terjemahanya memiliki
kewajaran dalam bahasa sasaran.
Ada tiga strategi dasar yang berkenaan dengan
masalah struktur ini, yaitu :
a. Penambahan (addition)
yakni penambahan kata-kata di dalam bahasa
sasaran, karena struktur bahasa sasaran menghendaki demikian. Penambahan ini
bukanlah suatu pilihan melainkan keharusan.
b. Pengurangan (subtraction)
yakni pengurangan element struktur di dalam
bahasa sasaran, karena struktur bahasa sasaran menghendaki demikian. Pengurangan
ini bukanlah suatu pilihan melainkan keharusan.
c. Transposisi.
Diapaki untuk menerjemahkan klausa atau
kalimat. Dengan strategi ini , penerjeamah mengubah struktur asli bahasa sumber
didalam kalimat bahasa sasaran. Pengubahan ini bisa berupa pengubahan bentuk
jamak ke tunggal, penggabungan atau pemnggalan kalimat dll.
2. Strategi
Semantis
Adalah strategi penerjemahan yang dilakukan
dengan pertimbangan makna. Strategi ini ada yang dioprasikan pada tataran kata,
fare maupun klausa dan kalimat.
a. pungutan (borrowing)
yakni strategi penerjemahan yang memungut kata
bahasa sumber kedalam teks bahasa sasaran. Alasanya adalah untuk menghargai
kata tersebut atau belum adanya padanan dalam bahasa sasaran. Pungutan ini
mencangkup transliterasi dan naturalisasi.
Transliterasi adalah penerjemahan yang mempertahankan kata-kata bahasa sumber tersebut secara utuh, baik bunyi ataupun
tulisanya. Sementara naturalisasi (adaptasi) merupakan kelanjutan
transliterasi, yakni penngucapan dan tata penulisanya sudah disesuaikan dengan
aturan bahasa sasaran.
b. padanan budaya (cultural equevalent)
penerjemah menggunakan kata khas dalam bahasa
sasaran untuk mengganti kata khas di dalam bahasa sumber.
c. padanan Deskriptif (descriptive equevalent)
dan analisis komponensial (componential analisis)
berusah mendeskripsikan makna atau fungsi dari
kata bahasa sumber. Dalam analisis komponensial, sebuah kata bahasa sumber
diterjemahkan kedalam bahasa sasaran dengan merinci komponen komponen makna
kata bahasa sumber tersebut. hal ini disebabkan karena tidak adanya padanan
satu-satu dalam bahasa sasaran, sementara penerjemah menganggap pembaca perlu
mengaetahui arti yang sebenarnya.
Bila padanan deskriptif digunakan untuk
menerjemahkan kata yang terkait dengan budaya, maka analisis komponensial
digunakan untuk menerjemahkan kata-kata umum.
d. sinonim
penerjemah juga bisa menggunakan kata bahasa
sasaran yang kurang lebih sama untuk kata-kata bahasa sumber yang bersifat umum
kalua enggan untuk menggunakan analisis komponensial.
e. penambahan
dilakukan untuk memperjelas makna. Penerjemah memasukan
informasi tambahan didalam teks
terjemahannya.
f. penghapusan (omission atau deletion)
adanya beberapa kata dalam bahasa sumber yang
tidak diterjemahkan. Pertimbanganya adalah kata tersebut tidak begitu penting
bagi keseluruhan teks.
g. modulasi
strategi yang digunakan untuk menerjemahkan
frase, kalusa atau kalimat. Penerjemah memandang pesan dalam kalimat bahasa
sumber dari sudut yang berbeda atau cara berfikir yang berbeda. Misalnya : l
broke my leg = kakiku patah.
Sementara Muhammad Enani dengan mengutip
pendapat Vinay dan Darbelnet. Menjelaskan bahwa ada beberapa teknik yang
digunakan dalam menerjemahkan sebuah teks tanpa menggolngkanya kedalam bentuk
struktural atau semantis. Diantara teknik-teknik itu adalah : borrowing (al-iqtiradh),
calque (al-naql bi al-muhakah), literal translation (al-tarjamah al-harfiyah),
transposition (al-ibdal al-sharfy), modulation (taghyir al-nadzrah), equevalence
(al-ta'adul, dan adaptasi) meskipun
beberapa teknik yang sama sudah dijelaskan diatas namun disini akan saya
cantumkan penjelasan dari referensi yang berbeda meskipun tidak begitu tampak
perbedaanya.
a. teknik borrowing (al-iqtiradh).
Yaitu memasukan
dan menggunakan bahasa teks sumber sebagaimana apa adanya, serta menuliskanya
kembali dalam bahasa sasaran. Teknik ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan
nama orang, judul buku, jurnal, majalah, surat kabar, nama instusi, nama jalan,
tempat tinggal, alamat, dsb.
b. teknik calque (al-naql bi al-muhakah)
yaitu mengalihkan sebuah kalimat atau kata
yang memiliki makna spesifik dengan berpijak pada sebagian makna yang
dikandungnya (tidak secara utuh), guna menciptakan kata/kalimat yang
sebanding/sesuai dengan bahasa sumber sehingga didapati makna yang otonom.
c. literal translation (al-tarajamah
al-harfiyah)
dalam teknik ini kata demi kata atau frasa
demi frasa di terjemahkan.
d. teknik transposisi (al-ibdal al-harfiy)
yaitu, mengganti atau mengubah bentuk satuan
kata yang terdapat dalam bahasa sumber menjadi bentuk lain. misalnya saja
bentuk isim (kata benda) dirubah menjadi bentuk verba (kata kerja) bentuk jamak
menjadi tunggal dll.
e. modulasi (taghyir al-nadzrah)
teknik ini dapat difahami sebagai pengubahan
pandangan atau perspektif yang berkaitan dengan kategori pemikiran atau
pengubahan leksis suatu unit lingustik dengan unsur lingustik yang berbeda
dalam bahasa penerima. Perubahan sudut pandang biasanya dilakukan dalam
kasus-kasus tertentu, misalnya : kalimat aktif diubah menjadi pasif, struktur
hal diubah menjadi kata kerja, struktur tamyiz menjadi bentuk kalimat biasa
dsb.
f. teknik equevalence (al-ta'adul)
teknik ini biasanya digunakan dalam
konteks-konteks tertentu unutk menyelaraskan makna antara dua bahasa yang
berbeda. Teknik ini mempunyai manfaat yang besar untuk menerjemahkan istilah
atau ungkapan-ungkapan tertentu.
g. teknik adaptasi (al-tathwi)
teknik ini berkaitan dengan perbedaan
pengertin yang secara kultural berkembang di tengah masyarakat pengguna bahasa.
SUMBER : M
Faisol Fatawi. Seni Menerjemah. Malang : UIN Malang Press. 2009.
Dr.
Abdul Munip. Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab kedalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, Sukses Offset. 2008
LIHAT STRATEGI-STRATEGI
PENERJEMAHAN LAINNYA. DOWNLOAD WORD (STRATEGI PENERJEMAHAN UNTUK KONSEP YANG TIDAK DIKENAL DALAM BAHASA
PENERIMA)
TEKNIK PENERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DARI BAHASA INDONESIA
KE DALAM BAHASA INGGRIS
(http://publikasiilmiah.ums.ac.id)
Download buku lainya tentang teori terjemah
klik disini