EMPAT MODEL KLASIFIKASI BAHASA
Sudah disepakati oleh para ahli lingustik
bahwa bahasa memiliki ciri-ciri diantara adalah bahasa bersifat unik. Jika dibandingkan
antara bahasa satu dengan bahasa lainya jelas akan kita dapati segi perbedaanya
baik dari segi sintaksis, morfem dan sebagainya karena masing-masing bahasa
memiliki karekteristik khas tersendiri. Namun, antara bahasa satu dengan bahasa
tertentu juga memiliki kesamaan.
Dalam perkembangan studi lingustik historis
komparatif, studi yang memfokuskan pada telaah perbandingan bahasa, maka para
ahli mulai menyadari persamaan yang dimiliki bahasa-bahasa yang tersebar di
dunia dengan melakukan klasifikasi bahasa-bahasa tersebut, menggolongkan bahasa
tertentu ke dalam satu kelompok atau rumpun bahasa. klasifikasi ini dilakukan
dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa.
Menurut Greenberg (1957:66) suatu klasifikasi
yang baik harus memenuhi persyaratan yakni :
1. Nonarbitrer maksudnya adalah bahwa kriteria
klasifikasi itu tidak boleh semaunya, hanya harus ada satu kriteria, tidak
boleh ada kriteria lainya.
2. Exhausif/ Ekshaustik maksudnya adalah :
setelah klasifikai dilakukan tidak ada lagi sisanya atau tidak ada satu bahasa
yang tertinggal dan tidak masuk ke dalam kelompok rumpun manapun. Artinya semua
bahasa harus masuk dalam klasifikasi sebuah kelompok/rumpun.
3. unik maksudnya adalah kalau sebuah bahasa
sudah masuk kedalam salah satu rumpun, dia tidak bisa lagi masuk dalam rumpun
yang lain. setiap bahasa hanya masuk kedalam satu rumpun bahasa tidak boleh
lebih dari satu karena jika lebih dari satu maka klasifikasi tersebut tidak
unik.
Namun di dalam praktik membuat klasifikasi, ternyata
tiga persayaratan yang diajukan Greenberg tersebut tidak bisa dilaksanakan,
karena banyak sekali ciri-ciri bahasa yang digunakan untuk membuat klasifikasi
itu. Misalnya saja yang bertentangan dengan syarat diatas adalah klasifikasi
tipologi yang bertentangan dengan syarat pertama kemudian klasifikasi areal
yang tidak memenuhi ketiga syarat tersebut.
Berikut penjelasan klasifikasi-klasifikasi
bahasa dengan pendekatan genetis, tipologi, areal dan sosiolingustik.
1. Klasifikasi Genetis Atau Geneologis
Klasifikasi ini dihasilkan dengan pendekatan
genetis, pendekatan yang hanya melihat garis keturunan bahasa itu. Artinya,
suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Menurut teori
klasifikasi genetis ini, terdapat suatu bahasa yang disebut bahasa proto (
bahasa tua, semula) yang akan memiliki sub-sub bahasa lainya, sedangkan bahasa
proto adalah induk yang menurunkan bahasa-bahasa lainya. Teori ini juga disebut
dengan teori pohon oleh A. Schleicher karena keadaan dari suatu bahasa dengan
induk sebagai bahasa proto dan sub-sub bahasa lainya seperti adanya
cabang-cabang dan ranting-rantingnya yang memberi gambaran seperti gambar pohon
terbalik. Kemudian tahun 1872 teori ini dilengkapi oleh J. Schmidt dengan menyebutnya
sebagai teori gelombang.
Klasifikasi genetis ini berdasarkan kriteria
bunyi dan arti, yaitu kesamaan bentuk
(bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa yang memiliki sejumlah
kesamaan seperti ini dianggap atau diklasifikasikan kedalam satu rumpun bahasa
atau bahasa proto yang sama.
Ciri-ciri klasifikasi ini bersifat
nonarbitrer, ekshaustik dan unik. Sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh
greenberg diatas. Klasifikasi genetis bersifat nonarbitrer maksudnya adalah
karena hanya mengunakan satu kriteria saja, yaitu garis keturunan atau dasar
perkembangan sejarah yang sama. Dengan menggunakan dasar itu pula maka semua
bahasa yang ada akan habis tidak tersisa dan semuanya masuk ke dalam kelompok
bahasa proto tertentu tanpa terkecuali. Maka klasifikasi ini juga bersifat
ekshaustik. Kemudian bersifat unik maksudnya karena setiap bahasa sudah masuk
ke dalam rumpun bahasanaya atau bahasa proto tertentu menurut garis keturunanya
akibatnya bahasa-bahasa tersebut tidak masuk ke dalam bahasa proto yang lain.
Sejauh ini para ahli telah memaparkan sebelas
bahasa proto atau rumpun bahasa berdasarkan klasifikasi genetis, diantaranya :
1. rumpun Indo Eropa, yakni bahasa-bahasa
German, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavik, Roaman, Keltik dan Gaulis.
2. rumpun Hamito-Semit atau Afro-Asiatik,
yakni bahasa-bahasa Koptis, Berber, Kushid, Chad yang termasuk dalam sub rumpun
Hamit; dan bahasa Arab, Etiopik, dan Ibrani yang termasuk subrumpun Semit.
3. rumpun Chari-Nil, yakni bahasa-bahasa
Swahili, Bantuk dan Khoisan.
4. rumpun Dravida, yaitu bahasa-bahasa Telugu,
Tamil, Kanari dan Malayalam
5. Rumpun Austronesia (disebut juga Melayu
Polinesia) yaitu bahasa Indonesia ( Melayu, Austronesia barat) Melanesia,
Mikronesia dan Polinesia.
6. Rumpun Kaukakus
7. Rumpun Finno-Ugris yaitu bahasa-bahasa
Hunggar, Lapis dan Samoyid
8. Rumpun Paleo Asiatis atau Hiperbolis, yaitu
bahasa-bahasa yang terdapat di Siberia Timur.
9.Rumpun Ural-Altai, yaitu bahasa-bahasa
Mongol, Manchu, Tungu, Turki, Korea dan Jepang.
10. Rumpun Sino Tibet, yakni bahasa-bahasa
Yenisei, Ostyak, Tibeto, Burma dan Cina.
11. Rumpun bahasa-bahasa Indian, yakni
bahasa-bahasa Eskimo, Aleut, Na-Dene, Algokin, Waksan, Hokon, Sioux,
Penutio,Aztek, Tanoan dsb.
Untuk mengetahui di mana letak-letak
bahasa-bahasa tersebut, lihatlah, misalnya International Encyclopedia of
Lingustik oleh William Bright atau sumber lainya.
2. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi ini dilakukan dengan pendekatan
dengan menggunakan kesamaan-kesamaan tipologi, baik fonologi, morfologi maupun
sintaksis, tipe-tipe kesamaan tersebut yang terdapat pada sejumlah bahasa.
klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa karena
disetipa bahasa terdapat unsur yang berulang-ulang dan usnsur tersebut dapat
menenai bunyi, morfem, kata, frase, kalimat dsb. dengan berbagai macam
kemungkinan ciri yang digunakan dalam membuat klasifikasi tersebut maka hasil
klasifikasi tersebut juga bermacam-macam. Oleh kareta itu klasifikasi tipologis
memiliki sifat arbitrer, karena tidak terikat oleh tipe tertentu namun masih
tetap bersifat ekshaustik dan unik.
Secara garis besar klasifikasi tipologis pada
tataran morfologi dapat dibagi edalam tiga kelompok yakni :
Kelompok pertama : adalah kelompok yang
semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi.
Yang pertama mengagas klasifikasi morfologi
ini adalah Fredrich Von Schlegel. Pada tahun 1808 dan ia membagi bahasa-bahasa
di dunia ini kedalam dua kelompok yaitu :
1. kelompok bahasa berafiks dan
2. kelompok bahasa berfleksi.
Pembagian ini kemudia diperluas oleh kakanya
August Von Schlegel, pada taun1818 menjadi tiga kelompok yaitu :
1. bahasa tanpa struktur gramatikal (seperti
bahasa Cina)
2. bahasa berafiks (seperti bahasa Turki)
3. bahasa berfleksi (seperti Sansekerta dan
bahasa Latin.)
Kemudian berpijak dari klasifikasi August Von
Schlegel tersebut beberapa sarjana seperti Wilhelm Von Humbol diikuti oleh A.F
Pott membuat klasifikasi dengan menjadikan klasifikasi sebelumnya sebagai
model. Wilhelm membuat klasifikasi :
1. bahasa Isolatif ( sama dengan bahasa tanpa
struktur)
2. bahasa Aglutunatif (sama seperti bahasa
berafiks)
3. bahasa fleksi atau sintetis; dan
4. bahasa polisintesis atau inkorporasi.
Kelompok kedua : adalah kelompok yang
menggunakan akar-akar kata sebagai dasar klasifikasi.
Tokoh kelompok ini antara lain : Franz Bopp,
yang membagi bahasa di dunia ini atas bahasa yang mempunyai:
1. akar kata yang monosilabis, misalnya bahasa
Cina
2. akar kata yang mampu mengadakan komposisi,
misalnya bahasa-bahasa Indo Eropa dan bahasa Austronesia.
3. akar kata yang disilabis dengan tiga
konsonan, seperti bahasa Arab dan Ibrani.
Sarjana lain, Max Muller yang juga menggunakan
akar kata sebagai dasar klasifikasi membagi bahasa-bahasa di dunia menjadi :
1. bahasa akar seperti bahasa Cina
2. bahasa Terminasional seperti bahasa Turki
dan Austronesia
3. bahasa Infleksional, seperti bahasa Arab
dan bahasa-bahasa Indo- Eropa.
Kelompok ketiga : adalah kelompok yang
menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi.
Tokohnya antara lain H. Steinthal yang membagi
bahasa dunia atas 2 kelompok:
1. bahasa-bahasa yang berbentuk, maksudnya
adalah bahasa yang didalam kalimatnya terdapat relasi antarkata. Bahasa ini
dibagi menjadi :
a) Bahasa kolokatif, misal Cina
b) Bahasa derivatif dengan jukstraposisi, misal Koptis
c) Bahasa derivatif dengan perubahan pada akar kata, misal Semit
d) Bahasa derivatif dengan sufiks yang sebenanya, misal Sansekerta
2. bahasa-bahasa yang tidak berbentuk, jenis
ini dibagi menjadi :
a) Bahasa kolokatif, misal Indo China.
b) Bahasa derivatif dengan deruplikasi dan prefiks misal bahasa Austronesia
c) Bahasa derivatif dengan sufiks, misal bahasa Turki
d) Bahasa inkorporasi, misal Indian Amerika
Franz Misteli mengikuti jejak Steinthal dengan
istematik yang berbeda, bahasa berbentuk hanya dibagai ke dalam satu kelompok
saja yaitu, bahasa dengan kata yang sesungguhnya (infleksi).sedangkan bahasa
yang tidak berbentuk dibagi atas :
a) Bahasa dengan kata yang berbentuk kalimat, misal bahasa Indian Amerika
b) Bahasa isolatif akar, misal bahasa Cina
c) Bahasa isolatif dasar, misal bahasa Melayu
d) Bahasa jukstaposisi, misal bahasa Koptis
e) Bahasa dengan kata yang jelas, misal bahasa Turki.
Pada abad XX ada juga kalsifikasi yang di buat
dengan prinsip yang berbeda, misalnya yang dibuat oleh Sapir dan J Grennberg.
Edward Sapir menggunakan tiga parameter untuk mengklasifikasikan bahasa-bahasa
yang ada di dunia yakni :
1) Konsep-konsep gramatikal, dari parameter ini dibedakan lagi menjadi :
Bahasa relasional murni, Bahasa relasional murni kompleks, bahsa relasional
campuran sederhana dan bahasa relasional campuran kompleks
2) Proses-proses gramatikal, berdasarkan parameter kedua ini dibedakan lagi :
bahasa isolatif, aglutanatif, fusional dan simbolik
3) Tingkat penggunaan morfem dan kata. berdasarkan parameter ke tiga ini
dibedakan lagi : bahasa analitis,
sintesis dan polisintesis.
3. Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukukan berdasarkan
adanya hubungan timbal-balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di
dalam suatu area atau wilayah. Tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat
secara genetik atau tidak. Yang terpentingadalah adanya data pijam meminjam
yang meliputi pinjaman bentuk dan arti, atau pinjaman bentuk saja, atau
pinjaman arti saja, pinjam meminjam ini karena adanya kontak bahasa, bersifat
historis dan konvergetif. Jika sebuah bahasa tidak menerima atau memberikan
pengaruh yang berarti, maka ia tidak dapat dimasukan dalam kelompok bahasa mana
pun.
Disamping itu, perlu diketahui bahwa
klasifikasi ini sanga mempertimbangkan dimesi waktu dan modalitas ruang yang dijadikan
pertimbangan seperti dalam klasifikasi genetis.
Klasifikasi areal ini bersifat arbitrer dalam
hal-hal tertentu, maksudnya adalah karena dalam kontak sejarah bahasa-baasa itu
memberikan pengaruh timbal balik dalam hal-hal tertentu. Kemudian bersifat nonekshaustik
sebab masih banyak bahasa-bahasa di dunia ini yang masing bersifat tertutup
dalam arti belum menerima unsur-unsur tadi. Jadi bahasa yang seperti itu belum
dapat dikelompokan atau belum masuk ke dalam salah satu kelompok dan
klasifikasi ini bersifat nonunik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat
masuk ke dalam kelompok tertentu dan dapat mask kedalam kelompok lain.
Tokoh yang pernah melakukan klsifikasi ini
adalah Wilhelm Schmidt dengan bukunya Die Sprachfamillien und Sprachenkreise
der Ende.
4. klasifikasi Sosiolingustik
Klasifikasi sosiolingustik dilakukan
berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam
masyarakat; tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan
masyarakat terhadap bahasa itu. klasifikasi ini pernah dilakukan oleh William A
Stuart tahun 1962 yang terdapat dalam artikelnya "An Outline of
Lingustic Typology for Describing Multilingualism" klasifikasi
ini dilakukan berdasarkan kriteria : historitas, standardisasi, vitalitas dan
homogenesitas.
1. historitas : berkenaan dengan sejarah
perkembangan bahasa atas sejarah pemakaian bahasa.
2. standardisasi : berkenaan sebagai statusnya
sebagai bahasa baku atau tidak baku atau status pemakainaya sebagai bahasa
forma atau informal.
3. vitalitas : berkenaan dengan apakah bahasa
itu mempunyai penutur yang menggunakanya dalam kegiatan sehari-hari secara
aktif atau tidak.
4. homogenesitas : berkenaan dengan apakah
leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.
Sifat klasifikasi ini adalah arbitrer,
ekshaustik dan nonunik. Dikatakan
arbitrer karena tidak ada ketentuan dalam klasifikasi sosiolingustik, hanya
harus menggunakan keempat kriteria terebut. Maka ada kemungkinana pakar lain akan
menggunakan kriteria lain lagi. Dikatakan ekshaustik karena semua bahsa yang
ada didunia dapat dimasukan kedalam kelompok-kelompok tertentu. Namun klasifikasi
ini bersifat nonunik sebabnya adalah sebuah bahasa bisa mempunyai status yang
berbeda. Misalnya, bahasa Jerman di
Jerman bersatatuts standar, tetapi di
Swiss bersifat kedaerahan atau substandar. Contoh lain adalah bahasa Ibrani
yang merupakan bahasa klasik dalam ibadah bangsa Yahudi, tetapi oleh Israel
ditetapkan bahsa itu sebagai bahasa resmi (negara) mereka.
Sumber :
Abdul Chaer. Lingustik Umum. 2007. Jakarta :
Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment