Translate

Sunday, October 20, 2013

RAGAM DAN CIRI KLASIFIKASI DALAM ILMU PERBANDINGAN BAHASA (STUDI LINGUSTIK HISTORIS KOMPARATIF)



EMPAT MODEL KLASIFIKASI BAHASA

Sudah disepakati oleh para ahli lingustik bahwa bahasa memiliki ciri-ciri diantara  adalah bahasa bersifat unik. Jika dibandingkan antara bahasa satu dengan bahasa lainya jelas akan kita dapati segi perbedaanya baik dari segi sintaksis, morfem dan sebagainya karena masing-masing bahasa memiliki karekteristik khas tersendiri. Namun, antara bahasa satu dengan bahasa tertentu juga memiliki kesamaan.
Dalam perkembangan studi lingustik historis komparatif, studi yang memfokuskan pada telaah perbandingan bahasa, maka para ahli mulai menyadari persamaan yang dimiliki bahasa-bahasa yang tersebar di dunia dengan melakukan klasifikasi bahasa-bahasa tersebut, menggolongkan bahasa tertentu ke dalam satu kelompok atau rumpun bahasa. klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa.
Menurut Greenberg (1957:66) suatu klasifikasi yang baik harus memenuhi persyaratan yakni :
1. Nonarbitrer maksudnya adalah bahwa kriteria klasifikasi itu tidak boleh semaunya, hanya harus ada satu kriteria, tidak boleh ada kriteria lainya.
2. Exhausif/ Ekshaustik maksudnya adalah : setelah klasifikai dilakukan tidak ada lagi sisanya atau tidak ada satu bahasa yang tertinggal dan tidak masuk ke dalam kelompok rumpun manapun. Artinya semua bahasa harus masuk dalam klasifikasi sebuah kelompok/rumpun.
3. unik maksudnya adalah kalau sebuah bahasa sudah masuk kedalam salah satu rumpun, dia tidak bisa lagi masuk dalam rumpun yang lain. setiap bahasa hanya masuk kedalam satu rumpun bahasa tidak boleh lebih dari satu karena jika lebih dari satu maka klasifikasi tersebut tidak unik.

Namun di dalam praktik membuat klasifikasi, ternyata tiga persayaratan yang diajukan Greenberg tersebut tidak bisa dilaksanakan, karena banyak sekali ciri-ciri bahasa yang digunakan untuk membuat klasifikasi itu. Misalnya saja yang bertentangan dengan syarat diatas adalah klasifikasi tipologi yang bertentangan dengan syarat pertama kemudian klasifikasi areal yang tidak memenuhi ketiga syarat tersebut.
Berikut penjelasan klasifikasi-klasifikasi bahasa dengan pendekatan genetis, tipologi, areal dan sosiolingustik.
1. Klasifikasi Genetis Atau Geneologis
Klasifikasi ini dihasilkan dengan pendekatan genetis, pendekatan yang hanya melihat garis keturunan bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Menurut teori klasifikasi genetis ini, terdapat suatu bahasa yang disebut bahasa proto ( bahasa tua, semula) yang akan memiliki sub-sub bahasa lainya, sedangkan bahasa proto adalah induk yang menurunkan bahasa-bahasa lainya. Teori ini juga disebut dengan teori pohon oleh A. Schleicher karena keadaan dari suatu bahasa dengan induk sebagai bahasa proto dan sub-sub bahasa lainya seperti adanya cabang-cabang dan ranting-rantingnya yang memberi gambaran seperti gambar pohon terbalik. Kemudian tahun 1872 teori ini dilengkapi oleh J. Schmidt dengan menyebutnya sebagai teori gelombang.
Klasifikasi genetis ini berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu kesamaan bentuk  (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa yang memiliki sejumlah kesamaan seperti ini dianggap atau diklasifikasikan kedalam satu rumpun bahasa atau bahasa proto yang sama.
Ciri-ciri klasifikasi ini bersifat nonarbitrer, ekshaustik dan unik. Sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh greenberg diatas. Klasifikasi genetis bersifat nonarbitrer maksudnya adalah karena hanya mengunakan satu kriteria saja, yaitu garis keturunan atau dasar perkembangan sejarah yang sama. Dengan menggunakan dasar itu pula maka semua bahasa yang ada akan habis tidak tersisa dan semuanya masuk ke dalam kelompok bahasa proto tertentu tanpa terkecuali. Maka klasifikasi ini juga bersifat ekshaustik. Kemudian bersifat unik maksudnya karena setiap bahasa sudah masuk ke dalam rumpun bahasanaya atau bahasa proto tertentu menurut garis keturunanya akibatnya bahasa-bahasa tersebut tidak masuk ke dalam bahasa proto yang lain.
Sejauh ini para ahli telah memaparkan sebelas bahasa proto atau rumpun bahasa berdasarkan klasifikasi genetis, diantaranya :
1. rumpun Indo Eropa, yakni bahasa-bahasa German, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavik, Roaman, Keltik dan Gaulis.
2. rumpun Hamito-Semit atau Afro-Asiatik, yakni bahasa-bahasa Koptis, Berber, Kushid, Chad yang termasuk dalam sub rumpun Hamit; dan bahasa Arab, Etiopik, dan Ibrani yang termasuk subrumpun Semit.
3. rumpun Chari-Nil, yakni bahasa-bahasa Swahili, Bantuk dan Khoisan.
4. rumpun Dravida, yaitu bahasa-bahasa Telugu, Tamil, Kanari dan Malayalam
5. Rumpun Austronesia (disebut juga Melayu Polinesia) yaitu bahasa Indonesia ( Melayu, Austronesia barat) Melanesia, Mikronesia dan Polinesia.
6. Rumpun Kaukakus
7. Rumpun Finno-Ugris yaitu bahasa-bahasa Hunggar, Lapis dan Samoyid
8. Rumpun Paleo Asiatis atau Hiperbolis, yaitu bahasa-bahasa yang terdapat di Siberia Timur.
9.Rumpun Ural-Altai, yaitu bahasa-bahasa Mongol, Manchu, Tungu, Turki, Korea dan Jepang.
10. Rumpun Sino Tibet, yakni bahasa-bahasa Yenisei, Ostyak, Tibeto, Burma dan Cina.
11. Rumpun bahasa-bahasa Indian, yakni bahasa-bahasa Eskimo, Aleut, Na-Dene, Algokin, Waksan, Hokon, Sioux, Penutio,Aztek, Tanoan dsb.
Untuk mengetahui di mana letak-letak bahasa-bahasa tersebut, lihatlah, misalnya International Encyclopedia of Lingustik oleh William Bright atau sumber lainya.
2. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi ini dilakukan dengan pendekatan dengan menggunakan kesamaan-kesamaan tipologi, baik fonologi, morfologi maupun sintaksis, tipe-tipe kesamaan tersebut yang terdapat pada sejumlah bahasa. klasifikasi tipologi ini dapat dilakukan pada semua tataran bahasa karena disetipa bahasa terdapat unsur yang berulang-ulang dan usnsur tersebut dapat menenai bunyi, morfem, kata, frase, kalimat dsb. dengan berbagai macam kemungkinan ciri yang digunakan dalam membuat klasifikasi tersebut maka hasil klasifikasi tersebut juga bermacam-macam. Oleh kareta itu klasifikasi tipologis memiliki sifat arbitrer, karena tidak terikat oleh tipe tertentu namun masih tetap bersifat ekshaustik dan unik.
Secara garis besar klasifikasi tipologis pada tataran morfologi dapat dibagi edalam tiga kelompok yakni :
Kelompok pertama : adalah kelompok yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi.
Yang pertama mengagas klasifikasi morfologi ini adalah Fredrich Von Schlegel. Pada tahun 1808 dan ia membagi bahasa-bahasa di dunia ini kedalam dua kelompok yaitu :
1. kelompok bahasa berafiks dan
2. kelompok bahasa berfleksi.
Pembagian ini kemudia diperluas oleh kakanya August Von Schlegel, pada taun1818 menjadi tiga kelompok yaitu :
1. bahasa tanpa struktur gramatikal (seperti bahasa Cina)
2. bahasa berafiks (seperti bahasa Turki)
3. bahasa berfleksi (seperti Sansekerta dan bahasa Latin.)
Kemudian berpijak dari klasifikasi August Von Schlegel tersebut beberapa sarjana seperti Wilhelm Von Humbol diikuti oleh A.F Pott membuat klasifikasi dengan menjadikan klasifikasi sebelumnya sebagai model. Wilhelm membuat klasifikasi :
1. bahasa Isolatif ( sama dengan bahasa tanpa struktur)
2. bahasa Aglutunatif (sama seperti bahasa berafiks)
3. bahasa fleksi atau sintetis; dan
4. bahasa polisintesis atau inkorporasi.
Kelompok kedua : adalah kelompok yang menggunakan akar-akar kata sebagai dasar klasifikasi.
Tokoh kelompok ini antara lain : Franz Bopp, yang membagi bahasa di dunia ini atas bahasa yang mempunyai:
1. akar kata yang monosilabis, misalnya bahasa Cina
2. akar kata yang mampu mengadakan komposisi, misalnya bahasa-bahasa Indo Eropa dan bahasa Austronesia.
3. akar kata yang disilabis dengan tiga konsonan, seperti bahasa Arab dan Ibrani.
Sarjana lain, Max Muller yang juga menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi membagi bahasa-bahasa di dunia menjadi :
1. bahasa akar seperti bahasa Cina
2. bahasa Terminasional seperti bahasa Turki dan Austronesia
3. bahasa Infleksional, seperti bahasa Arab dan bahasa-bahasa Indo- Eropa.
Kelompok ketiga : adalah kelompok yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi.
Tokohnya antara lain H. Steinthal yang membagi bahasa dunia atas 2 kelompok:
1. bahasa-bahasa yang berbentuk, maksudnya adalah bahasa yang didalam kalimatnya terdapat relasi antarkata. Bahasa ini dibagi menjadi :
a)      Bahasa kolokatif, misal Cina
b)      Bahasa derivatif dengan jukstraposisi, misal Koptis
c)      Bahasa derivatif dengan perubahan pada akar kata, misal Semit
d)     Bahasa derivatif dengan sufiks yang sebenanya, misal Sansekerta
2. bahasa-bahasa yang tidak berbentuk, jenis ini dibagi menjadi :
a)      Bahasa kolokatif, misal Indo China.
b)      Bahasa derivatif dengan deruplikasi dan prefiks misal bahasa Austronesia
c)      Bahasa derivatif dengan sufiks, misal bahasa Turki
d)     Bahasa inkorporasi, misal Indian Amerika
Franz Misteli mengikuti jejak Steinthal dengan istematik yang berbeda, bahasa berbentuk hanya dibagai ke dalam satu kelompok saja yaitu, bahasa dengan kata yang sesungguhnya (infleksi).sedangkan bahasa yang tidak berbentuk dibagi atas :
a)      Bahasa dengan kata yang berbentuk kalimat, misal bahasa Indian Amerika
b)      Bahasa isolatif akar, misal bahasa Cina
c)      Bahasa isolatif dasar, misal bahasa Melayu
d)     Bahasa jukstaposisi, misal bahasa Koptis
e)      Bahasa dengan kata yang jelas, misal bahasa Turki.
Pada abad XX ada juga kalsifikasi yang di buat dengan prinsip yang berbeda, misalnya yang dibuat oleh Sapir dan J Grennberg. Edward Sapir menggunakan tiga parameter untuk mengklasifikasikan bahasa-bahasa yang ada di dunia yakni :
1)      Konsep-konsep gramatikal, dari parameter ini dibedakan lagi menjadi : Bahasa relasional murni, Bahasa relasional murni kompleks, bahsa relasional campuran sederhana dan bahasa relasional campuran kompleks
2)      Proses-proses gramatikal, berdasarkan parameter kedua ini dibedakan lagi : bahasa isolatif, aglutanatif, fusional dan simbolik
3)      Tingkat penggunaan morfem dan kata. berdasarkan parameter ke tiga ini dibedakan lagi :  bahasa analitis, sintesis dan polisintesis.
3. Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukukan berdasarkan adanya hubungan timbal-balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu area atau wilayah. Tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Yang terpentingadalah adanya data pijam meminjam yang meliputi pinjaman bentuk dan arti, atau pinjaman bentuk saja, atau pinjaman arti saja, pinjam meminjam ini karena adanya kontak bahasa, bersifat historis dan konvergetif. Jika sebuah bahasa tidak menerima atau memberikan pengaruh yang berarti, maka ia tidak dapat dimasukan dalam kelompok bahasa mana pun.
Disamping itu, perlu diketahui bahwa klasifikasi ini sanga mempertimbangkan dimesi waktu dan modalitas ruang yang dijadikan pertimbangan seperti dalam klasifikasi genetis.
Klasifikasi areal ini bersifat arbitrer dalam hal-hal tertentu, maksudnya adalah karena dalam kontak sejarah bahasa-baasa itu memberikan pengaruh timbal balik dalam hal-hal tertentu. Kemudian bersifat nonekshaustik sebab masih banyak bahasa-bahasa di dunia ini yang masing bersifat tertutup dalam arti belum menerima unsur-unsur tadi. Jadi bahasa yang seperti itu belum dapat dikelompokan atau belum masuk ke dalam salah satu kelompok dan klasifikasi ini bersifat nonunik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk ke dalam kelompok tertentu dan dapat mask kedalam kelompok lain.
Tokoh yang pernah melakukan klsifikasi ini adalah Wilhelm Schmidt dengan bukunya Die Sprachfamillien und Sprachenkreise der Ende.
4. klasifikasi Sosiolingustik
Klasifikasi sosiolingustik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat; tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. klasifikasi ini pernah dilakukan oleh William A Stuart tahun 1962 yang terdapat dalam artikelnya "An Outline of Lingustic Typology for Describing Multilingualism" klasifikasi ini dilakukan berdasarkan kriteria : historitas, standardisasi, vitalitas dan homogenesitas.
1. historitas : berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atas sejarah pemakaian bahasa.
2. standardisasi : berkenaan sebagai statusnya sebagai bahasa baku atau tidak baku atau status pemakainaya sebagai bahasa forma atau informal.
3. vitalitas : berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai penutur yang menggunakanya dalam kegiatan sehari-hari secara aktif atau tidak.
4. homogenesitas : berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.
Sifat klasifikasi ini adalah arbitrer, ekshaustik  dan nonunik. Dikatakan arbitrer karena tidak ada ketentuan dalam klasifikasi sosiolingustik, hanya harus menggunakan keempat kriteria terebut. Maka ada kemungkinana pakar lain akan menggunakan kriteria lain lagi. Dikatakan ekshaustik karena semua bahsa yang ada didunia dapat dimasukan kedalam kelompok-kelompok tertentu. Namun klasifikasi ini bersifat nonunik sebabnya adalah sebuah bahasa bisa mempunyai status yang berbeda.  Misalnya, bahasa Jerman di Jerman bersatatuts  standar, tetapi di Swiss bersifat kedaerahan atau substandar. Contoh lain adalah bahasa Ibrani yang merupakan bahasa klasik dalam ibadah bangsa Yahudi, tetapi oleh Israel ditetapkan bahsa itu sebagai bahasa resmi (negara) mereka.
Sumber :
Abdul Chaer. Lingustik Umum. 2007. Jakarta : Rineka Cipta.
Abd. Syukur Ibrrahim. Lingustik Komparatif. Surabaya : Usaha Nasional

No comments: