Translate

Sunday, April 7, 2013

الفكر الاسلامى

CORAK PEMIKIRAN ISLAM NASR HAMD ABU ZAID Biografi Nasr Hamid Abu Zaid Nashr Hamid Abu Zaid lahir pada tanggal 10 Juli 1943 di Quhafa propinsi Tanta Mesir Bagian Barat. Saat berusia 8 tahun dia telah menghafal 30 juz. Pendidikan tingginya mulai S1, S2 dan S3 dalam jurusan Bahasa dan Sastra Arab di selesaikannya di Universitas Kairo dengan predikat Highest Honous. Pernah tinggal di Amerika selama 2 tahun (1978-1980), saat memperoleh beasiswa untuk penelitian doktoralnya di Institut of Midlle Eastern Studies University of Pensylivania Philadelphia USA. Setelah karya-karyanya dinilai kurang bermutu bahkan dinyatakan menyimpang dan merusak karena isinya melecehkan ajaran Islam, menghujat Rasulullah; menodai al-Qur’an dan menghina para ulama salaf, ia dan istrinya pergi meninggalkan Mesir dan berdomisili di Belanda hingga sekarang. Di Belanda ia diangkat sebagai professor di bidang Bahasa Arab dan studi Islam dari Lieden University Kuno yang didirikan sejak tahun 1575 di Amsterdam Selatan.
METODE BERFIKIR Nasr Hamid menggunakan metode Historic-Literary-Critic dengan menggunakan pendekatan hermeneutic linguistic yang memanfaatkan analisa mikro structural dan analisa makro structural. Dengan landasan konsep teks ini beliau dapat merumuskan pemahaman ilmiah atas teks primer agama setelah itu. Kritik wacana agama memperoleh criteria yang jelas dalam membongkar teks-teks sekunder yang menumpuk disekitar teks primer tadi. Adapun dua analisa yang dimaksud adalah :
1. Analisa Mikro Stuktural : yaitu analisa tehadap system intern wacana itu sendiri yang menyangkut status literernya. Pada pada pemikiran dan pengungkapan pengertian tekstualnya. Sebelum beralih kesignifikasi sosio-politik-kritik ideology. Hal ini digunakan untuk menghindari kesalahan kesalahan anlisa mekanis-reflektif yang gerak metodologisnya dari luar kedalam. 2. Analisa Makro Structural : yaitu upaya untuk memfokuskan perhatian kritik wacana yang ditujukan guna mengunkap signifikasi eksternal dari wacana itu. Signifikasi itu merupakan berupa konteks bagi kelahiran wacana itu sendiri. Dengan maka setiap wacana realitas dapat dirujukan pada seting histories dan lingkungan sosial budaya tertentu. Dengan demikian maka menurut Nasr kritik wacana itu sendri terdapat dua fungsi. Yang pertama, berupaya membuktikan bahwa setiap wacana merupakan bagian dari kesatuan pemikiran yang lebih dimana ia hanya menjadi bagian dari penggal sejarah tertentu. Kedua harus dapat merekonstruksi wacana yang diam sehingga dapat menempatkan dalam konteks idiologis yang membentuk dan dengan kata lain kritik wacana harus dapat menampilkan signifikasi sosio-politik dari setiap produksi dan praksis kekuasaan yang tengah dijalani dan dijalankan.
PEMIKIRAN NASR HAMID ABU ZAID Teori al-Quran Nasr Hamid: al-Quran adalah produk budaya Dalam menerapkan teori hermeuneutika dalam mengkaji al-Quran, Nasr Hamid menggunakan metode analisis teks bahasa sastra (nahj tahlil al-nusus al-lughawiyyah al-adabiyyah) atau Metodologi kritik sastra (literary criticism). Dalam pandangannya metode tersebut merupakan satu-satunya metode untuk mengkaji Islam, Nasr Hamid menyatakan: “Oleh sebab itu, metode analisis bahasa merupakan satu-satunya metode manusiawi yang mungkin untuk mengkaji pesan (risalah), dan berarti memahami Islam.” Dengan Metode kritik ini Nasr Hamid berpendapat bahwa al-Quran walaupun ia merupakan kalam ilahi, namun al-Quran menggunakan bahasa manusia. Karena itu al-Quran tidak lebih dari teks-teks karangan manusia.
Nasr Hamid mulai mengenal teori-teori hermeneutika ketika berada di Universitas Pennsylvania, Philadelphia pada tahun 1978-1980. Dalam artikelnya di harian Republika (30/9/2004) Dr. Syamsudin Arif mencatat, bahwa Nasr Hamid memang terpesona dengan hermeuneutika, sebagaimana ia ungkap dalam biografinya yang ia beri judul Voice of an Exile: Reflections on Islam. Dalam bukunya tersebut Abu Zaid mengakui bahwa hermeneutika telah membuka cakrawala dunia baru kepadanya. Ia menyatakan: I did a lot of reading on my own, especially in the fields of philosophy and hermeneutics. Hermeneutics, the science ofinterpreting texts, opened up a brandnew world for me. Artinya: “Aku banyak membaca sendiri, khususnya di dalam bidang filsafat dan hermeneutika. Hermeneutika, ilmu menafsirkan teks-teks, telah membuka cakrawala dunia baru kepadaku.” Mengomentari pemikiran Nasr Hamid tersebut, Dr. Syamsudin Arif mengatakan: “Orang macam Abu Zaid ini cukup banyak. Ia jatuh ke dalam lubang rasionalisme yang digalinya sendiri. Ia seperti istri Aladin, menukar lampu lama dengan lampu baru yang dijajakan oleh si tukang sihir”. Sekembali dari Amerika, Nasr Hamid menyelesaikan disertasi Doktornya pada tahun 1980 dengan judul: Falsafah al-Ta’wil: Dirasah fi Ta’wil AI-Qur’an `inda Muhy al-Din ibn `Arabi (Filsafat Hermeneutika: Studi Terhadap Hermenutika Al-Qur’an menurut Ibn Arabi). Ia mengklaim bahwa dirinyalah yang pertama kali menulis tentang hermeneutika di dalam bahasa Arab dengan tulisannya al-Hirminiyutiga wa Mu’dilat Tafsir al-Nas (Hermeneutika dan Problema Penafsiran Teks) pada tahun 1981. Di dalam karya tersebut, Nasr Hamid memaparkan secara ringkas berbagai teori penafsiran yang telah dilakukan oleh Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, Emilio Betti, Hans Georg Gadamer, Paul Ricoeur, dan Eric D. Hirsch.
Setelah akrab dengan literatur hermeuneutika Barat, Nasr Hamid kemudian membahas mengenai hakikat teks, yang merupakan persoalan mendasar dalam hermeuneutika, di antara masalah yang ia dengungkan adalah anggapannya bahwa teks-teks agama adalah teks-teks bahasa yang bentuknya sama dengan teks-teks yang lain di dalam budaya atau konsep al-Quran sebagai produk budaya (Muntaj Tsaqafi) dan memposisikan Nabi Muhammad ` sebagai “pengarang al-Quran”. Untuk menerapkan konsep Muntaj Tsaqafi-nya, Nasr Hamid mendekonstruksi konsep al-Quran yang telah disepakati oleh umat Islam selama berbad-abad; yaitu konsep bahwa al-Quran adalah ‘kalamullah’ yang lafadz dan maknanya dari Allah I. Namun, kajian Nasr Hamid tersebut lebih mirip kepada Biblical Critism (kritik teks Bible) yang telah berkembang dalam tradisi Kristen, dari pada konsep kemakhlukan al-Quran-nya Muktazilah, Kaum Mu’tazilah memposisikan Al Qur’an sebagai kalam Allah I meskipun kalam Allah I itu di anggap sebagai makhluq yang diciptakan oleh Allah I sebagaimana Allah I menciptakan makhluq lain. Jadi kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa Al Qur’an itu adalah tidak Qadim. Tapi Mu’tazilah sama sekali tidak berpendapat bahwa Al Qur’an adalah karya Muhammad sebagai produk budaya dan harapan orang-orang yang ada di sekitarnya seperti yang di kemukakan oleh Nasr Hamid Abu Zayd. Maka salah jika ada yang berpendapat bahwa pemikiran Nasr Hamid berasal dari tradisi Islam. Dalam tradisi Kristen, studi tentang Kritik Bible dan kritik teks Bible memang telah berkembang pesat. Dr. Ernest C. Colwell, dari School of Theology Claremont, misalnya, selama 30 tahun menekuni studi ini dan menulis satu buku berjudul “Studies in Methodology in Textual Critism on the new Testament”. Reginald H. Fuller, dalam bukunya yang berjudul A Critical Introduction to the New Testament, menulis; “Itulah mengapa jika kita hendak memahami apa yang dimaksud teks-teks Perjamjian Baru sesuai maksud para penulisnya ketika pertama kali ditulis, kita harus terlebih dahulu memahami situasi historis pada saat ia ditulis pertama kali”. Setelah itu, kalangan pemuka dan cendekiawan Kristen mulai mengarahkan studi mereka terhadap al-Quran, sehingga mereka menempatkan posisi al-Quran sama dengan posisi Bible. Studi Biblical Critism terhadap al-Quran ini mulai muncul sejak abad ke-19. Di antara sarjana Barat, orientalis dan Islamolog Barat yang menerapkan metode ini adalah; Abraham Geiger, Gustav Weil, William Muir, Theodor Noldeke, W. Montgomery Watt, Kenneth Cragg, John Wansbrough, dan yang masih hidup seperti Andrew Rippin, Christoph Luxenberg, Daniel A. Madigan, Haraid Motzki dan masih banyak lagi lainnya. Orientalis yang termasuk pelopor awal dalam menggunakan Biblical critism ke dalam Al-Qur’an adalah Abraham Geiger (m. 1874), seorang Rabbi sekaligus pendiri Yahudi Liberal di Jerman. Pada tahun 1833, Geiger menulis Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen? (Apa yang telah Muhammad Pinjam dari Yahudi?). Di dalam karyanya tersebut, ia mengkaji AI-Qur’an dari konteks ajaran-ajaran Yahudi. Ia melihat sumber-sumber Al-Qur’an dapat dilacak di dalam agama Yahudi. Setelah itu, berbodong-bondonglah para orientalis melakukan kajian kritis terhadap teks al-Quran, sebagaimana pada Bible, mereka menyamakan al-Quran dan Bible sebagai sebuah teks saja. Gerd R. Joseph Puin, seorang Orientalis pengkaji al-Quran telah menyarankan perlunya studi ke`sejarahan al-Quran, ia mengatakan: “Begitu banyak kaum muslimin beranggapan bahwa al-Quran merupakan kata-kata Tuhan yang tidak pernah mengalami perubahan”. Dan ia juga mengatakan: “Mereka (para cedekiawan) sengaja mengutip karya naskah yang menunjukkan bahwa Bible memiliki sejarah dan tidak langsung turun dari langit, namun sampai sekarang al-Quran masih berada di luar konteks pembicaraan ini. Satu-satunya cara menggempur dinding penghalang ini adalah mengadakan pembuktian bahwa al-Quran memiliki sejarah”. Pendapat Nasr Hamid bahwa al-Quran adalah ‘produk budaya’ adalah problematik. Kapan al-Quran menjadi produk budaya? Jika al-Quran menjadi produk budaya ketika wahyu selesai, maka dalam rentang waktu wahyu pertama turun hingga wahyu selesai, al-Quran berada dalam keadaan pasif karena ia produk budaya Arab Jahiliyah. Namun, ini pendapat salah, karena ketika diturunkan secara berangsur-angsur al-Quran ditentang dan menentang budaya Arab Jahiliyah saat itu. Jadi, al-Quran bukanlah produk budaya, karena al-Quran bukanlah hasil kesinambungan dari budaya yang ada. Al-Quran justru membawa budaya baru dengan mengubah budaya yang ada. Menurut Prof. Naquib al-Attas, bahasa Arab al-Quran adalah bahasa Arab bentuk baru. Sejumlah kosa-kata pada saat itu, telah di-Islam-kan maknanya. Al-Quran mengislamkan dan membentuk makna-makna baru dalam kosa kata bahasa Arab. Kata-kata penghormatan (muruwwah), kemuliaan (karamah), dan persaudaraan (ikhwah), misalnya, sudah ada sebelum Islam.
Tapi, kata-kata itu di Islamkan dan diberi makna baru, yang berbeda dengan makna zaman jahiliyah. Kata ‘karamah’, misalnya, yang sebelumnya bermakna ‘memiliki banyak anak, harta, dan karakter tertentu yang merefleksikan kelelakian’, diubah al-Quran dengan memperkenalkan unsur ketakwaan (taqwa). Contoh lain, juga pada ‘ikhwah’, yang berkonotasi kekuatan dan kesombongan kesukuan. Diubah maknanya oleh al-Quran, dengan memperkenalkan gagasan persaudaraan yang dibangun atas dasar keimanan, yang lebih tinggi daripada persaudaraan darah. Nabi Muhammad ` sebagai pengarang al-Quran Studi Nasr Hamid selanjutnya adalah analisa terhadap corak sebuah teks yang dengan hal itu dapat diketahui kondisi pengarang teks tersebut. Pendapat Nasr Hamid ini ia adopsi dari tokoh hermeneutika modern, Frederich Schleirmacher yang merumuskan teori hermeuneutikanya berdasarkan pada analisa terhadap pengertian tata bahasa dan kondisi (sosial, budaya dan kejiwaan) pengarangnya. Karen Armstrong telah meresume pandangan Schleirmacher terhadap Bibel sebagai berikut: Bahwa Bibel adalah sangat penting bagi kehidupan kaum Kristen, karena ia adalah satu−satunya sumber informasi tentang Yesus. Tapi, karena penulis−penulis Bibel terkondisi dalam lingkungan sejarah dimana mereka hidup, maka adalah sah−sah saja untuk mengkritisi dengan cermat karya mereka. Schleirmacher mengakui bahwa kehidupan Yesus adalah wahyu suci, tetapi para penulis Bibel adalah manusia biasa yang bisa salah dan bisa terjebak dalam dosa. Karena itulah, mereka mungkin saja berbuat kesalahan. Karena itulah, menurut Schleirmacher, tugas para sarjana Bibel adalah membuang aspek−aspek kultural dari Bibel dan menemukanintisarinya yang bersifat abadi. Tidak setiap kata dalam Bibel adalah otoritatif, karena itu, kata Schleirmacher, seorang penafsir harus mampu membedakan mana ide−ide yang marginal dan ide inti dalam Bibel. Dari sini kita dapat dengan mudah mengetahui pengaruh penafsiran kaum Liberal Yahudi dan Kristen terhadap Nasr Hamid. Setelah itu Nasr Hamid tampil cerdik, dengan menempatkan Nabi Muhammad ` sebagai penerima wahyu pada posisi semacam “pengarang al-Quran”, dia menulis dalam bukunya Mafhum al-Nash: “Bahwa al-Quran yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada seorang Muhammad yang manusia. Bahwa, Muhammad, sebagai penerima pertama, sekaligus penyampai teks adalah bagian dari realitas dan masyarakat. Ia adalah buah dan produk dari masyarakatnya. Ia tumbuh dan berkembang di Makkah sebagai anak yatim, dididik dalam suku Bani Sa’ad sebagaimana anak-anak sebayanya di perkampungan Badui. Dengan demikian, membahas Muhammad sebagai penerima teks pertama, berarti tidak membicarakannya sebagai penerima pasif. Membicarakan dia berarti membicarakan seorang manusia yang dalam dirinya terdapat harapan-harapan masyarakat yang terkait dengannya. Intinya, Muhammad adalah bagian dari sosial budaya dan sejarah masyarakatnya”. Pendapat Nasr Hamid Abu Zayd ini merusak konsep dasar Al Qur’an yang dianut sebagian besar umat Islam, bahwasanya Muhammad hanyalah sebagai penyampai wahyu saja, beliau tidak merubah sedikitpun yang diterimanya dari Allah I. Beliau pun Ma’shum artinya terjaga dari kesalahan. Al Qur’an menyebutkan: وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى Artinya: “Dan Dia (Muhammad `) tidak menyampaikan sesuatu, kecuali (dari) wahyu yang di wahyukan kepadanya”. (QS. Al Najm:3) Dengan menyebut al-Quran sebagai cultural product dan menempatkan posisi Nabi Muhammad ` sebagai pengarang al-Quran, maka Nasr Hamid telah melepaskan posisi al-Quran sebagai kalamullah yang suci dan menghilangkan sakralitas al-Quran dan menjadikan al-Quran hanya teks manusiawi atau hasil pengalaman individual yang diperoleh nabi Muhamamad ` dalam waktu dan tempat tertentu yang latar belakang sejarah sangat mewarnai pemikirannya. Dalam buku terbitan PT Gramedia yang ditulis oleh tiga personel Islam Liberal yaitu Abd Moqsith Ghazali, Luthfi Assyaukanie, dan Ulil Abshar Abdalla yang berjudul “Metodologi Studi al-Quran” disebutkan secara jelas tentang penolakan mereka terhadap pemahaman dan keyakinan umat Islam bahwa al-Quran adalah kalamullah. Kaum Liberal menganggap bahwa al-Quran adalah kata-kata Muhammad `, ditulis dalam buku tersebut: “Muhammad bukan sebuah disket, melainkan orang yang cerdas, maka tatkala menerima wahyu, Muhammad ikut aktif memahami dan kemudian mengungkapkannya dalam bahasa Arabnya sendiri. Karena itu, menurut Nasr Hamid Abu Zaid tidak bertentangan jika dikatakan bahwa al-Quran adalah wahyu Tuhan dengan teks Muhammad (Muhammadan text).” Menurut Dawam Raharjo, perbedaan pandangan terhadap konsep al-Quran apakah kalamullah atau kata-kata Muhammad merupakan perbedaan utama antara metode Tafsir klasik dengan metode Hermeuneutika, ia mengatakan: “Metode Hermeuneutika ini berbeda dengan penekanan tafsir al-Quran tradisional yang bertolak dari kepercayaan bahwa al-Quran itu adalah kalam ilahi. Dalam pengertian itu, Tuhan tidak dipandang sebagai pengarang, sebagaimana manusia yang mengarang puisi atau prosa. Dalam menafsirkan al-Quran, para penafsir tidak melihat latarbelakang social Tuhan yang memengaruhi perkataan Tuhan. Sedangkan dalam hermeuneutika, penafsir teks berusaha memahami teks dengan mempelajari pengarangnya, bahkan pembacanya, ketika teks itu diciptakan atau ditafsirkan kemudian.” Ia juga menyatakan: “Disinilah perlunya metode hermeuneutika, yang mencoba memahami teks berikut dengan mempelajari konteks, sehingga para penafsir bisa menemukan esensi makna suatu ayat yang mungkin saja keliru sebagaimana pernah diwacamakan oleh Muhamamad Abduh.” Pendapat-pendapat Nasr Hamid juga banyak diikuti oleh IAIN, banyak dosen dan mahasiswa UIN yang secara terang-terangan mengusung pendapat Nasr Hamid, seperti seorang dosen di IAIN Surabaya bernama Suhalwi Ruba, dihadapan mahasiswanya ia menuliskan lafal Allah I pada secarik kertas sebesar telapak tangan dan menginjaknya dengan sepatu, sambil mengatakan: “al-Quran dipandang sakral secara substansi,tapi tulisannya tidak sakral”. Menurut Suhalwi, al-Quran sebagai kalam Allah I adalah makhluk ciptaan-Nya, sedangkan al-Quran sebagai mushaf adalah budaya karena bahasa Arab, huruf hijaiyah dan kertas merupakan hasil cipta manusia.

SEMANTIK

Nama : Septian Saputro 09110023 SEMANTIK

1. berbagai macam jenis makna diungkapkan oleh para ahli, diantaranya mansur pateda yang menggolongakan jenis makna secara alfabetis dalam 29 jenis. Seperti afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, gramatikal, ideasional, itensi, khusus, kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual, konstruksi, kontekstual, leksikal, lokusi, luas, piktorial, proposional, pusat, referensial, sempit, stilistika, tekstual, tematis dan umum.
Kemudian Abdul Chaer sendiri mengolongakan ke dalam 16 jenis makna. Seperti : leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, konotatif, kata, istilah, konseptual, asosiatif, idiomatikal, peribahasa, kias, kolusi, ilokusi dan perkolusi.
 I Dewa Putu Wijana menggolongakna dalam 8 jenis, seperti : leksikal, garamatikal,, denotatif, konotatif, literal, figuratif, primer dan sekunder.
Fatimah Djajasudarma menggolongakan dalam 14 jenis, seperti : sempit, kognitif, luas, konotatif, emotif, referensial, konstruksi, leksikal, gramatikal, ideasional, proposisi, pusat, piktorial dan idiomatik. Diantara beberapa pendapat diatas tidak ada yang sama mengenai jumlahnya. Namun jika dibandingkan jenis-jenis makna yang ada terdapat beberapa yang sama seperti jenis makna: kognitif, denotatif, gramatikal, leksikal dll. Sementara yang lain kebanyakan hanya berbeda dalam hal peristilahan saja, bahkan ada yang lebih membagi satu jenis ke jenis lain. Perbedaan istilah tersebut misalnya kita dapati antara verhaar yang menggunakan, istilah makna gramatikal dan leksikal sementara boomfield menggunakan istilah makna sempit dan makna luas. Contoh lain jenis makna yang ditawarkan I dewa putu Wijana, jenis primer dan sekunder. Kedua istilah ini dihadirkan sebagai jenis makna melihat butuh atau tidaknya konteks untuk memahami makna. Begitupula dengan isilah makna konseptualnya Mansur pateda yang selaras dengan jenis makna Denotatif. Melihat hal ini semua, ada banyak kesamaan tujuan pengkalsifikasian jenis makna tersebut, hanya saja para ahli diatas menggunakan istilah sesuai dengan apa yang mereka kira sesuai dengan jenis maknanya. Semua hal itu menunjukan kekayaan kebahasaaan yang dimiliki setiap ahli tentunya merekapun memiliki alasan atas penamaan/ pemberian istilah yang mereka lakukakan.

2. Sinonim merupakan sebuah konsep mengenai kesamaan/ kemiripan makna. Berbagai pendapat dikemukakan mengenai sinonim. Zgusta (semantik leksikal : 223) mengatakan , “synonymy”: they are words which have different forms but identical meaning. Begitu pula verhaar mengatakan “sinonimi adalah ungkapan yang kurang lebih sama maknanya dengan satu ungkapan lain”. Bloomfield juga senada dengan pendapat diatas. Pendapat diatas mematahkan apa yang sudah kita fahami mengenai dua kata atau lebih yang memiliki kesamaan makna dan disebut sinonim. Jika memang demikian semua makna yang berbeda fonemis dipastikan maknanya berbeda, lalu apa tujuan adanya konsep sinonim. Saya sependapat dengan apa yang diungkapkan para ahli diatas, beda fonemis artinyapun berbeda namun bagi saya konsep tentang sinonim merupakan suatu konsep yang memiliki banyak kegunaan dalam perkembangan kebahasaan khususnya bagi pembelajar bahasa lain yang belum menguasai banyak kosakata, apalagi terkait bidang teknis tertentu.
Verhaar (abdul chaer : 85) dalam teoinya mengatkan bahwa dalam sinonim “yang sama adalah informasinya” Makna yang dikandung dalam suatu kata yang kita sebut bersinonim itu memiliki makna dasar yang secara umum sama. Itulah yang dapat membantu kita untuk memahami dan menjelaskan suatu kata dengan menggunakan padananya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa kata-satu dengan kata lainya meskipun memiliki makna dasar yang sama namun ada nilai rasa, kedalaman makna yang berbeda serta ketepatan yang baru dapat difahami setelah kata-kata tersebut masuk dalam konteks tertentu hal ini bisa kita buktikan melalui teori subsitusi. Misalnya kata dalam bahasa arab : خلق, bagi yang tidak mengerti apaخلق itu, kita bisa memberikan penjelasan pada si pendengar dengan menggunakan sinonimnya seperti جعل, صنع. Ketiga kata itu memiliki makna dasar/informasi yang sama yakni membuat sesuatu (menciptakan) meskipun kata-kata tersebut juga memiliki ciri khas masing-masing atau yang saya sebut memiliki kedalaman makna yang berbeda. Misalnya kata pertama adalah menciptakan pada kholaqo bermakan menciptakan dari yang tidak ada sementara ja’ala menciptakan namun sudah ada benih/ ada yang mengawali.

3. Sudah umum diketahui bahwa kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lain memiliki perbedaan. Begitu pula bahasa satu daerah dengan daerah lain. Kosakata yang diiliki juga tidaklah sama jumlahnya hal ini dikarenakan perbedan kebudayaan. Kebudayaan mempengaruhi perkembangan bahasa setiap tempat. Hal ini senada dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa budaya (pikiran) akan membentuk bahasa seseorang . misalnya bahasa yang berkembang di daerah pantai dan pegunungan akan berbeda. Orang-orang yang tinggal didaerah pantai akan lebih banyak memilii kosa-kata terkait pantai, ikan atau terkait dengan hal itu. Contohnya kata koral, kosa kata ini dimiliki oleh daerah pantai namun di daerah pegunungan mereka tidak mengenal kata itu, kosa kata yang banyak mereka kuasai pastilah terkait tumbuh-tumbuhan. Contoh lain seperti kosakata yang ada di indonesia dimana mayoritas penduduk indonesia bercocok tanam/ petani. Indonesia memiliki kosa kata : padi, beras, nasi gabah atau yang terkait dengan kelapa : cengkir, gading, sabut, belarak, batok, kelapa, kelapa muda (dugan) dll. Kosa kata ini tidak kita dapatkan dalam bahasa Arab, kecuali hanya ar-ruz (nasi) dan an-narojil (kelapa) saja. Hal ini dikarenakan budaya yang berbeda.

4. Banyak ahli mengatakan bahwa kebudayaan dan bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, mereka saling terkait, berhubungan timbal balik. Diatara yang mengatakan hal ituadalah Suryadi, Dosen Politeknik medan. Kehidupan manusia yang dinamis memunculkan perubahan budaya (pemikiran), perubahan tersebut menuntut manusia juga harus pandai berkomunikasi selaras dengan perubahan itu. tuntutan perubahan tersebut memunculkan banyak hal yang harus diwadahi dengan seperangkat leksikal baik berupa kata ataupun kalimat. Pemikiran manusia yang terus berkembang akan mempengaruhi bahasa yang mereka miliki baik akan terjadi perubahan makna ataupun bergeser bahkan bila kita lihat faktor-faktor perubahan makna bukan hanya terjadi perubahan dan pergeseran saja bahkan memunculkan bahasa baru (kosa kata) terkait bidang tertentu. Makna yang sudah ada mengalami perubahan baik secara daikronik dalam waktu yang lama ataupun sinkronik dalam satu waktu. Sebab-sebab pergeseran makna itupun berlainan diantaranya adalah ada sembilan faktor perubahan makna (abdul chaer) seperti : perkembangan dalam ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian dll. perubahan secara diakronik membutuhkan waktu yang lama, dari satu masa ke masa lain. Di sini saya akan memberikan contoh kata ADAB.
Makna ini mengalami perubahan dari masa jahiliyah, Islam awal dan Abasiya hingga sekarang. Pada masa jahiliyah kata ADAB dipakai untuk mengajak orang makan, pada masa islam awal mengalam perubahan menjadi sesuatu yang berhubungan dengan sopan santun/ tata krama sementara pada masa Abasiya kata tersebut juga berarti Sastra. Perubahan kata ADAB tersebut terjadi dalam waktu yang lama karena faktor-faktor tertentu. Sementara perubahan secara sinkronik perubahan yang terjadi hanya dalam satu waktu saja seperti kata : tembak-menembak. 1tem•bak /témbak/ v, ber•tem•bak•an v saling melepaskan peluru dr senjata api (senapan, meriam); me•nem•bak v 1 melepaskan peluru dsb dr senjata api (senapan, meriam, dsb); membedil: ~ ke atas sbg peringatan; ~ harimau; 2 menyepak bola arah ke gawang: ia berhasil ~ ke sudut gawang; tem•bak-me•nem•bak v saling menembak; baku tembak: pasukan patroli terlibat ~ dng pengacau keamanan; sekarang sering kita dengar kata itu digunakan untuk menyatakan cintanya ada orang lain. Seperti : “kalau kamu suka tembak saja dia”. Jadi kata “menembak”

Referensi
Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal.Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2009.Pengantar Semantik Bahasa Indonesi.Jakarta.Rineka Cipta I Dewa Putu Wijana. 2011.Cet. 2. Semantik Teori Dan Aplikasi.Surakarta: Yuma Pustaka. Djajasudarma, Fatimah.2009.Sematik 2 :Aditama http://lidahtinta.wordpress.com/2009/05/30/antara-bahasa-dan-budaya/ http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Septian Saputro 09110023 TARJAMAH ARAB-INDONESIA II BALKON

Septian Saputro 09110023 TARJAMAH ARAB-INDONESIA II BALKON Ku lihat jam yang hampir mendekati pukul 10, aku tahu bahwa anak-anak akan datang terlambat lagi, ku tarik album foto dan ku mulai membalik setiap lembarnya hingga ku habiskan sisa waktu, lembaran demi lembaran menuntunku ke foto Fatimah, istriku yang wafat setelah diserang kangker 20 tahun lalu tanpa belas kasih, ku ingat betapa kerinduan dan kasih itu, rasa bahagia denganya dan dalam kehidupanya yang singkat namun bahagia. Meskipun hal itu sudah terjadi bertahun-tahun namun bayanganya tidak bisa berlalu dari kenanganku, kata-kata yang ia ucapkan di hari kepergianya masih saja terngiang dalam benak ini, ku tak kan pernah berhenti mendengar suaranya hingga akhir hayatku, seperti kata-kata terkahir yang ia ucapkan : anak-anak itu, jangan kamu hukum mereka, berikanlah mereka perhatian” sejak hari itu ku berjanji pada diri sendiri agar kehidupan merka tidak dicampur istri seorang ayah, tidak akan ada ibu tiri bagi mereka. Tahun demi tahun berlalu, ku lihat mereka tumbuh dengan cepat, hal ini mengantikan apa yang kualami dalam kesendirianku yang sulit. Setelah tahun-tahun itu berlalu mereka memiliki kehidupan yang pribadi, anak yang besar menikah dan memilki tiga anak, anak yang kedua (tengah-tengah) pergi ke Timur, untuk belajar arsitek dan menjadi insinyur seperti yang selalu ia impikan, sedangkan yang kecil yang manja sudah pergi juga ke amerika dalam rangka delegasi study, kini tinggalah saya sendiri, menanti hari kamis, menanti kunjungan Ahmad dan cucu-cucuku yang tak terjadwal secara khusus di hari penantian, bahkan tak satupun teman yang menetap, mayoritas mereka sudah meninggal atau diserang sakit, mereka mulai menasihatiku untuk menikah lagi, akan tetapi bagaimana ku bisa mencintai seorang wanita setelah Fatimah meninggal. Apakah disisa umurku ini, ku bisa memulai kehidupan yang baru?! Ku tarik nafas, ku letakan album itu disamping dan mulai berputar mengelilingi apartemen seperti seekor harimau yang terkungkung, ku mulai berfikir kegiatan apa yang bisa mengsisi waktu, ku letakan arang kedalam api persiapan untuk menghisap syisa dimana dokterku berkata bahwa suatu saat nanti, syisa itu bisa membunuhku, tidak diketahui bahwa kesendirian itu merupakan mayoritas pembunuh dibandingkan dengan racun apapun. Bel pintu berdering, kutahu bahwa itu pasti Ahmad, ku berlari dan membuka pintu, ku mendapatinya namun ia hanya sendiri, dahiku mengerut, ku sambut ia seraya berkata : selamat datang anakku, dimana anak-anak Ia menjawab nampak letih : Ibu anak-anak mendesak mereka untuk pergi bersama anak-anak bibi mereka ke taman bermain. Kepalaku bergoncang, tanpa komentar ku masuk ke ruang duduk, ku tak menatap apa-apa kecuali hanya atap langit . Kami mulai mengakhiri ujung pembicaraan sedang bayangan menanti masanya sepanjang waktu seolah menerangkan bahwa Ahmad harus pergi untuk menemani istri dan anknya, saat ia berjalan keluar ia berkata dengan rona wajah menggambarkan rasa jijik : Ayah, cobalah membuka jendela untuk penganginan, udara disini hampir seperti seorang pembunuh, ayah merokok di apartemen ini, kenapa ayah tidak menggunakan balkon saja, sebagai ganti utuk menyimpan kenangan-kenangan lama ayah disana. Kata-kata itu menghadirkan kenangan indah yang pernah bersemi dalam hidupku, masa lalu dimana aku duduk bersama Fatimah di balkon, kemudian kami berhenti melakukan itu setelah Amron meninggkan bangunanan yang berada disebelah, saat itu dengan sedih ku putuskan untuk mengubah kenangan lama itu. Muncul sebuah ide dalam benakku, kenapa tak kubuka jendela itu besok dan membuang semua kenagan lama dan kugunakan tempat itu sebagai tempat untuk mengisap syasya, apalagi udara akhir-akhir ini sangatlah baik. Malam itu ku tidur dalam keadaan bahagia layaknya seorang anak yang memiliki impian baru. Tak ku biarkan matahari terbenam hingga ku minta bantuan security untuk membersihkan balkon, sebelum pertengahan siang balkon sudah harus siap, ku rencanakan untuk tidur siang hingga ku merasa sedikit rilex dan setelah asar ku sudah bangun. Ku masukan batu bara kemudian kucuci kepalaku agar ku bisa menyiraminya dengan madu, setelah itu ku kirim securitiy di sebagain barang import pecah belah hingga bagadang bisa jadi sangat sempurna sebagaimana yang pernah ku dan fatimah lakukan. Kumulai mengisap syasa di udara bebas dan ku merasa hidup sedang mengisi kekosonagnku. Ku mulai memperhatiakn jalan, orang-orang, aku merasa seakan-akan ku dibangkitkan dari kematian, karena ku merasa bahwa setidaknya ku ikut melakukan apa yang mereka perbuat, ku melihat mereka mondar-mandir. Setelah hal itu semua, balkon menjadi bagian keseharian dalam hidupku, ku rawat dengan membersihkan, menatanya dengan tumbuh-tumbuhan begitu pula ku berfikir untuk mengecat ulang dindingnya, kian lama ku mulai tahu aktivitas, waktu-waktu jalan raya, kegiatan serta kebiasaan masyarakat, hingga seakan tak satu wajah barupun atau kebiasaan aneh yang ada sekalipun bisa bersembunyi dari ku. Disuatu hari, kulihar sebuah mobil yang asing berhenti jalan sebelah bangunan, anak gadis tetangga turun dari mobil itu, ia menolah-noleh sekitar kemudia diikuti seorang pemuda, mereka berdua mojok di kantor lama security yang tidak lagi akan dibangun, mereka berdua berciuman panas. Angin berhembus membawa beberapa percakapan mereka yang sarat akan rindu dan cinta yang mereka tinggalkan. Dengan terburu-buru gadis itu naik ke lantai apartemen sedangkan si pemuda menuju mobilnya. sungguh cinta itu indah, pertemuan panas mereka terjadi berulang-ulang di tempat bersuara yang memiliki atap terbuka, yang membuatku takjub adalah alangkah hal itu bisa menjadi indah setelah dilanda cinta, ku berjanji pada diriku sendiri untuk memelihara cinta mereka hingga ku mulai mengawasi lingkungan agar tak ada orang lain yang melihat mereka, hingga ku awasi mereka berdua dari mata yang bisa melihat mereka berdua. Kondisi seperti itu berjalan selama kurang lebih satu bulan hingga satu saat gadis itu turun tanpa disusul oleh sang pemuda, ku tidak faham apa yang terjadi. Namun di hari berikutnya pemuda itu datang dari arah ia pergi, cukup lama ia mengitari desa dan bangunan itu dengan mobilnya, tanpa berhenti atau turun dari mobil. Ku perhatikan ia namun ia tak melihatku, saat itu ku ingat “lampu jalan” saat listrik tiba-tiba anjlok kutinggalkan ia, kemudian ku berlari untuk mendapatinya dan ku mulai menghidup matikanya hingga ia melihatku, secara terburu-buru ia berhenti di sekitar pintu hotel. Setelah kupakai sepatu sandal, ku akan berbicara denganya, ku turun, nampak tanda kebingungan di wajahnya, ku tersenyum dan berkata padanya : santai saja pemuda, saya mengenal kamu dan juga kekasihmu, gadis dari anak tetanggaku. saya sudah pernah melihat pertemuan kalian sekian lama adakah yang bisa saya bantu? Pada saat yang sama tampak bauran rasa malu dan bingung pada wajahnya, setelah berhenti ia berkata : Salwa marah padaku karena perbincangan masalah rumah diantara kami semalam, ia tak menjawab telfonku, saya berusaha menyampaikan sumpah setia ini. Kulihat dalam sebuah kotak kecil yang ia berikan padaku, dengan yakin ku berkata: Jangan resah. Apa yang kamu inginkan akan terjadi. Ia sangat berterimaksih padaku, kemudian beranjak menuju mobilnya dan pergi. Sedangkan pikiranku melayang, meluncur seperti sebuah roket berfikir utuk bisa menyampaikan kesetianya itu secepat mungkin. Muncul ide untuk menyampaikan hal itu pada Salwa esok pagi tatkala ia keluar untuk ke kampus. Malam itu ku tak tidur, ku menunggu waktu pagi, ayah dan adiknya tidak akan keluar menuju sekolah kecuali jika supir yang mengantarnya ke kampus sudah dating, lantas ku tunggu ia didepan pintu apartemen. Saat akan menutup pintu ia mendapatiku menghalangi jalanya, ku tidak memberikanya kesempatan utuk bicara karena dengan cepat ku langsung berkata: Ia masih menunggumu semalaman, ia sangat menyukaimu Kemudian ku berkata lagi meskipun ia keheranan. Ini milikmu. Salwa menerima kotak itu sedangkan aku masuk dalam apartemenku, setelah itu ku sembunyikan cerita tentang mereka berdua untuk beberapa hari hingga suatu saat bel pintu berdering di sore hari, aku dikagetkan dengan kedatangan orang tua Salwa, ku kaget ketika melihatnya merasa takut karena urusanya diungkap dan datang untuk memarahiku, akan tetapi ia bertingkah sebaliknya dan berkata kepadaku: Kedatangan anda dalam lamaran anak saya Salwa di akhir pekan ini akan sangat membuat saya bahagia. Ku benar-benar senang dan mengucapkan selamat padanya, ku mulai menanti akhir pekan dalam panasnaya batu bara, ku benar-benar hadir dalam acara lamaran itu yang dihadiri oleh sekelompok keluarga yang sederhana. Kulihat pemuda itu disana lantas ku ucapkan selamat padanya dan darinyalah aku tahu bahwa ia dan salwa bersikeras mengundangku dalam acara keluarga tersebut, mereka mengnggap bahwa ku hidup sendiri setelah ku membantu mereka, khususnya bahwa kotak yang pemuda berikan padanya itu berisi cincin lamaran untuk mengngukuhkan dan memperbaiki niatnya setelah Salwa menyangka bahwa pemuda itu tidak jujur padanya, ku amat sangat bahagia tiada tara. Semenjak anak-anak tumbuh dewasa ku belum pernah merasa memiliki nilai dan hal penting dalam hidup ini, pada hari itu kehidupan bertambah dalam rumah, ku merasa bahwa aku merupakan pahlawan legenda yunani yang mana namaku akan terkenang dalam hati pemuda dan pemudi ini, meskipun apa yang sudah ku perbuat bukanlah sesuatu yang pantas tuk dikenang. Dimalam itu ku tidur nyenyak, tidur yang tak pernah ku rasakan sejak lama, walaupun semua jenis obat-obatan sudah kugunakan untuk tidur. Bagi ku Setiap hari berlalu seperti petualngan baru, hingga berbagai kearifanku bertambah sebagai hasil dari duduk-duduk di balkon. Setiap pejalan kaki yang lewat menyapa dengan salam dank ku jawab sama seperti salam mereka atau ku jawab lebih baik dari salam mereka, sejalan dengan itu hari- demi hari berlalu dengan kebosanan tak terdapat sesuatu yang dapat dikenang, akan tetapi mayoritas hari-hari merupakan kegembiraan, hari dimana kulihat seseorang menyerang sebuah mobil yang sedang diparkir di samping jalan dimana orang itu memecahkanya dengan kampak yang ia bawa. Ketika suatu hari kulihat pemilik mobil itu berdiri disampingnya dengan sekelompok polisi bagian kriminal, kemudian ku turun dan memberi tahu mereka atas apa yang ku lihat. Ku pergi ke bagian kepolisian bersama mereka dimana ku menyatakan kesaksianku disana. Setelah kejadian itu ku merasa bahwa diriku merupakan seorang yang berguna dalam masyarakat, bukanlah seorang laki-laki tua kesepeian yang dilupakan oleh anak-anaknya. Masa-masa terus melaju, ku memiliki pendengaran yang baik di desa, disetiap kesempatan penduduk desa selalu mengundangku/mengajakku, seperti halnya ku berpartisipasi dalam memimpin pembangunan masjid, pengumpulan dana di hari-hari bulan Romadhon dan pembagian zakat fitri. Semua ini tidak akan terjadi jika ku tidak memanfaatkan balkon itu dan membuka pintu kehidupan yang belum ku ketahui sebelumnya. Ku bersyukur kepada Allah karena hal itu ku tidak tinggal dalam kesendirian yang menemaniku bahkan anak-anakku, ku tidak lagi merasa kehilangan mereka seperti yang pernah ku rasakan sebelumnya. Balkon memberikanku kehidupan baru, kesibukan dan memperkaya ku dengan kekuatan dan rasa cinta. Aku tahu bahwa kehidupan tidak akan berakhir kecuali dengan adanya kematian, sebagai ganti dari hal itu kehidupan berinovasi dalam bentuk dan model yang berbeda. Kisah Saudi *

SEJARAH PERJUANGAN MESIR

Mesir dikuasai oleh Turki Osmani tahun 1517 di masa pemerintahan Sultan Salim I. Tahun 1769 Mesir berhasil lepas dari Turki Osmani selama beberapa periode. Di bulan Juni 1797, Perancis masuk ke Mesir pertama kali melalui Alexandria yang dipimpin oleh Napoleon. Setelah bentrok berkali-kali antara orang-orang Osmani dengan Perancis, akhirnya Perancis bisa diusir berkat persekutuan antara Osmani, Inggris dan Mamalik. Dan Mesir kembali jatuh ke tangan Turki Osmani pada bulan Oktober 1801. Babak berikutnya terjadi perebutan kekuasaan antara Turki Osmani dengan Mamalik serta beberapa golongan yang ada di Mesir. Akhirnya kekuasaan di Mesir berhasil dipegang oleh Muhammad Ali Pasha di bulan Juli 1805. Untuk membantu Mamalik yang tersingkir dari kekuasaannya di Mesir, Inggris melakukan agresi militer serta menaklukkan Alexandria pada bulan Maret 1807. Tapi berkat kelihaian Muhammad Ali Pasha dalam diplomasi, akhirnya di tahun yang sama dia berhasil mencapai kesepakatan untuk memaksa Inggris keluar dari Alexandria pada bulan Agustus 1807. Di masa Muhammad Ali Pasha -yang dianggap pendiri Mesir modern- inilah kekuasaan Mesir meluas sampai ke Sudan, Syria, bahkan para tentaranya turut berperang bersama Turki di kapulauan Yunani, Asia Kecil, hingga Eropa Timur. Malangnya Muhammad Ali Pasha kemudian diasingkan oleh Sultan Osmani atas tekanan Inggris pada tahun 1840. Sesudah Muhammad Ali Pasya, Mesir diperintah oleh Abbas I (1848-1854) dan Said Pasha (1854-1863). Namun di masa mereka Mesir mengalami kemerosotan, sampai muncul seorang pemimpin besar yang bernama Khedive Ismail (1863-1879) yang memeperbaiki kembali kehidupan sosial politik di Mesir. Sementara itu, Terusan Suez mulai direncanakan oleh Ferdinand de Lesseps ketika masa Sultan Said Pasha tahun 1857, dan baru mulai digali pada 25 April 1859. Terusan ini dibuka pertama kali tanggal 17 November 1869, kala Khedive Ismail masih memimpin. Berhubung Mesir banyak mengalami kemerosotan ekonomi dengan pembukaan Terusan Suez, ditambah pula campur tangan asing yang berlebihan, akhirnya Sultan Ottoman menurunkan Khedive Ismail dari jabatannya tahun 1879, lalu digantikan oleh anaknya, Taufiq. Sewaktu pemerintahan Taufiq (yang dekat dengan Inggris) inilah terjadi beberapa peristiwa politik penting, diantaranya revolusi yang dipimpin oleh Ahmad Orabi. Menghadapi saat-saat genting seperti itu, Inggris kembali melakukan agresi militer ke Mesir. Setelah pertempuran beberapa kali di kawasan Delta, mereka terus bergerak dan berhasil menguasai Cairo pata 14 Desember 1882. Inggris baru melepaskan Mesir dan Turki Osmani pada tahun 1914, karena Mesir membantu Turki dalam perang Dunia I yang m,elawan Sekutu (termasuk diantaranya Inggris). REVOLUSI 1919 Seusai Perang Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul pemimpin yang bernama Saad Zaghlul. Ia berusaha dan berjuang menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Lalu Inggris menangkap Saad Zaghlul serta mengasingkannya, sehingga membangkitkan kemarahan rakyat Mesir. Maka pada 9 MAret 1919 terjadilah revolusi besar menentang Inggris di Cairo dan seluruh penjuru Mesir yang mennyebabkan Inggris terpaksa merubah kebijakan politiknya terhadap Mesir serta memebebaskan Saad Zaghlul. Pahlawan besar ini akhirnya wafat pada 23 Agustus 1927. Disela-sela lintasan sejarah itu, Mesir sempat masuk organisasi Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB) pada bulan Mei 1937, dan sekaligus menjadi salah satu negara pemrakarsa berdirinya PBB. REVOLUSI JULI 1952 Penjajahan Inggris dan campur tangan asing yang merajalela serta rentetan perang Palestina 1948, ditambah lagi sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan sosial, seluruh faktor tersebut memaksa rakyat Mesir meneriakkan satu kata; "revolusi". Kondisi ini mendorong sebagian perwira -yang menamakan diri Dhubbath Al-Ahrar (Dewan Jendral) dibawah pimpinan Gamal Abdel Naser- untuk merubah dan memperbaiki situasi di Mesir. Tanggal 23 Juli 1952 pasukan Dhubbath Al-Ahrar bergerak menguasai pusat-pusat pemerintahan dan sarana-sarana vital lainnya, serta mengepung istana Abdeen. Lalu mereka mengeluarkan siaran di radio yang mengumumkan pengambilalihan kekuasaan di Mesir. Ketika itu Mesir masih diperintah oleh Raja Farouk yang naik tahta sejak 1936. Oleh Dhubbath Al-Ahrar, Raja Farouk dipaksa menyerahkan jabatan kepada anaknya, Fouad II. Berhubung Fouad II belum cukup dewasa, maka kekuasaan dipegang junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dubbath Al-Ahrar. Tapi mereka melihat bahwa sistem kerajaan tidak cocok lagi dengan kehidupan rakyat Mesir. Akhirnya mereka mengumumkan berdirinya sistem negara Republik pada 18 Juni 1953, dan Jenderal Muhammad Naguib terpilih sebagai presiden pertama sampai tahun 1954. Karena diilhami oleh revolusi ini, Sudan, yang sebelumnya masuk wilayah otoritas Mesir, menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1956. Uniknya, Mesir lah yang pertama kali mengakui kemerdekaan Sudan. Selanjutnya, Sudan diterima sebagai anggota Liga Arab. Kembali kepada penjajahan Inggris, setelah melewati perjuangan nan panjang, akhirnya tentara Inggris berhasil dipaksa keluar dari Mesir. Penarikan terakhir tentara Inggris keluar dari Mesir dilakukan pada tanggal 18 Juni 1956. Dan hari 18 Juni ini termasuk hari besar yang diperingati tiap tahun sebagai 'Iedul Galaa (Evacuation Day). PERSEKONGKOLAN TERHADAP MESIR Israel (dibantu oleh Inggris dan Perancis) menyerang Mesir pada tahun 1956. Salah satu sebab langsungnya adalah nasionalisasi Terusan Suez sejak 26 Juli 1956 yang sahamnya banyak dimiliki oleh Inggris maupun Perancis. Namun, dengan menerapkan perang habis-habisan, persekongkolan yang dikenal sebagai al-'Udwan al-Tsulatsi (Tripartote Agression) ini berhasil dilumpuhkan. Lalu Inggris dan Perancis mengudnrukan diri dari koa-kota sepanjang Terusan Suez. PERANG 1967 Tentara Israel yang bergerak keperbatasan Syiria membuat Mesir gusar dan mengirim tentaranya ke Sinai serta menutup Teluk 'Aqabah yang membawa kerugian besar terhadap Israel. Maka pada 5 Juni 1967 Israel mendadak menyerang Mesir habis-habisan lewat udara, darat dan laut, sehingga mereka berhasil menduduki tepi timur Terusan Suez. Sedangkan di front Suriah, Israel berhasil menguasai dataran Tinggi Golan, bahkan PAlestina dan sebagian Jordan. Hal ini membuat seluruh negara Arab berdiri di belakang Mesir dan bahu-membahu menyerang tantara Israel yang berada di kota-kota Terusan Suez. Dalam saat-saat genting in ipemimpin Gamal Abdel Naser meninggal dunia taun 1970, setelah sebelumnya menggantikan posisi Jenderal Muhammad Baguib sebagai presiden (tanggal 23 Juni 1954). Tentara Mesir yang dipimpin oleh presiden baru, Anwar Sadat, berhasl menyeberangi Terusan Suez dan menghancurkan kekuatan Israel pada 10 Ramadlan, tanggal 6 Oktober 1973 -pemandangan perang ini dapat anda saksikan secara 'live' di gedung Panorama Oktober, Jl. Salah Salim, Cairo. Rakyat Mesir mengenagnya sebagai peristiwa Ubour. Setelah kemenangan Oktober ini, Israel menyadari kekuatan Mesir, sehingga mereka mau berdamai dan menyerahkan kembali seluruh kawasan Sinai yang direbut ke pangkuan Mesir. Di kemudian hari, presiden Anwar Sadat mengunjungi Israel pada bulan November 1977 yang dianggap penghianatan oleh bangsa Arab lain. Atas prakarsa Jimmy Carter, presiden AS ketika itu, Anwar sadat dan Menahem Begin menandatangani suatu perjanjian perdamaian di Camp David pada bulan September 1978 yang lantas dikenal dengan Perjanjian Camp David. Hal ini mengakibatkan Mesir dikeluarkan dari Liga Arab (dan markasnya dipindahkan dari Cairo ke Tunis). Tapi akhirnya Liga Arab kembali memasukkan Mesir sebagai anggota (bulan Juli 1990), dan markasnya kembali ke Cairo. Pada peringatan hari kemenangan 6 Oktober, presiden Anwar Sadat ditembak dalam sebuah parade militer yang diadakan di daerah Nasr City, tahun 1981. Lalu Mohamed Husni Mubarak sebagai wakil presiden menggantikan posisi Anwar Sadat. sejak saat itu diumumkan undang-undang darurat militer yang diberlakukan sampai saat ini. Pada tanggal 25 April 1982 Israel keluar dari seluruh Jazirah Sinai, berikutnya daerah Thaba pada tahun 1989.

Biografi Najib Mahfuz

Nama lengkapnya adalah Najib Mahfuz Abdul Aziz Ibrahim Basya, dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah pinggiran Kairo, Mesir. Keluarganya tergolong misikin dan tidak mengecap pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan yang kemudian beralih profesi menjadi pedagang. Mahfuz mempunyai enam saudara; dua laki-laki, empat perempuan. Keenam saudaranya ini telah mendahului menghadap Yang Maha Kuasa saat masih berusia balita. Jadilah Mahfudz kecil hidup tanpa canda dari kakak dan adiknya. Pada tahun 1917, usia enam tahun, Mahfuz dan keluarganya tidak lagi menghirup suasana pinggiran Kairo yang kumuh dan tertinggal. Keluarganya pindah ke kawasan Abbasiyah yang lebih bersih dan modern. Pada saat itu, Mahfuz mulai mengecap pendidikan dasar, al-Madrasah al-Ibtida'iyyah. Pada tahun 1924, di usia tiga belas tahun, Mahfuz memasuki Sekolah Lanjutan; al-Madrasah ats-Tsanawiyyah Fu'ad al-Awwal. Seiring peningkatan perekonomian keluarganya, pada tahun 1930 Mahfuz melanjutkan studinya di jurusan Filsafat Islam Universitas Kairo. Pada tahun 1934, Mahfuz mengantongi ijazah Sarjana Filsafat. Sebenarnya, Mahfuz mendapatkan tawaran dari Mustafa Abdul Raziq, salah seorang Guru Besar Universitas Kairo untuk menempuh program Doktor dalam bidang Filsafat dan Mistik Islam, namun tawaran itu ditolaknya. Kesenjangan sosial yang dirasakannya sejak kecil dan penderitaan kaum kecil yang tertindas oleh kekuasaan birokrasi Mesir membuat solidaritasnya bangkit. Mahfuz memilih pekerjaan di almamaternya dan menekuni bidang tulis-menulis. AKTIVITAS NAJIB MAHFUDZ Sejak pertengahan 1936 sampai 1939, Mahfuz mengabdi di almamaternya sebagai staf Sekretaris Universitas. Karier Mahfuz menanjak perlahan. Selepas dari pekerjaan ini, ia ditugaskan di Kementrian Agama dan Urusan Waqaf. Pekerjaan ini ditekuninya hingga tahun 1964. Pada tahun yang sama, di usia 43 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya. Dan sejak saat itulah terjadi perubahan mendasar pada karier Mahfuz, ia diangkat sebagai Direktur Pengawasan Seni. Pada tahun 1957, ia ditetapkan sebagai Direktur Lembaga Perfilman Nasional Mesir. Selama delapan tahun, Mahfuz mengabdi pada lembaga tersebut hingga ditetapkan sebagai anggota Dewan Tinggi Perlindungan Seni dan Sastra pada tahun 1965. setelah menjadi Penasihat Menteri Kebudayaan Mesir pada tahun 1971, Mahfuz memutuskan pensiun dan kembali mendalami minatnya dalam tulis-menulis, yakni sebagai editor sastra pada Surat Kabar al-Ahram; sebuah surat kabar harian yang dimiliki pemerintah Mesir. KARYA-KARYA NAJIB MAHFUDZ Sepanjang kehidupannya, Mahfuz telah menulis sekitar 70 cerita pendek, 46 karya fiksi, serta sekitar 30 naskah drama. Hingga saat ini, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia termasuk Indonesia. Karya pertama Mahfuz diterbitkan pada tahun 1932, di usia 21 tahun, dalam bentuk terjemahan berjudul al-Misr al-Qadimah. Sejak itu berturut-turut Mahfudz menulis; Hams al-Junun (1938, Cerpen), Abats al-Akdar (1939), serta Redouvis (1943) dan kisah Kifah Thibah (1944). Karya-karyanya tersebut di atas, kerap dianggap sebagai akhir dari periode romantisme Mahfuz. Setelah karya-karya tersebut, ia menjauhi gaya bahasa Manfalutisme (gaya bahasa yang digunakan oleh al-Manfaluti). Kemudian Mahfuz menulis al-Qahirah al-Jadidah (1945). Tahun 1946, Mahfuz menulis Khan al-Khalili. Selanjutnya berturut-turut ia menulis Zuqaq al-Midaq (1947), as-Sarab (1948), serta Bidayah wa Nihayah (1949). Karya-karyanya ini menandai perubahan gaya bertutur Mahfuz dari romantisme menjadi realisme. Pada tahun 1956-1957, Mahfuz mulai menulis triloginya; Baina al-Qasrain, Qasr asy-Syauq, dan as-Sukriyyah. Trilogi setebal 1500 halaman ini menjadikannya dianugerahi hadiah Nobel Sastra yang diterimanya pada tanggal 13 Oktober 1988 dari Akademi Sastra Internasional di Swedia. Tahun 1960, Mahfuz menulis Aulad Haratina (edisi bahasa Inggris oleh Philip Steward dengan judul The Children of Our Quarter, London; 1981). Novel panjang ini terbagi dalam lima bab, yakni; Adham, Jabal, Irfah, Rifa'ah, dan Qasim. Penulisan serial novel ini sekaligus menggambarkan arah baru gaya kepenulisan Mahfuz, yakni Simbolisme-Filosofis. Selanjutnya, Mahfuz menulis al-Liss wa al-Kilab (1961), as-Samman wa al-Kharif, dan Dunya Allah (1962), ath-Thariq (1964), Bait Sayyi' as-Sum'ah dan asy-Syihaz (1965) serta Sarsarah Fauza an-Nil (1966), masih dengan kecenderungan Simbolisme-Filosofis. Pertengahan tahun 1967 sampai 1969, ia membuat cerpen-cerpennya yang merespon persoalan-persoalan keagamaan, nasionalisme Mesir, dan politik. Hal ini bisa dilihat dalam Khimarah al-Qiththi al-Aswad dan Tahta al-Mizallah serta Qisytamar (1969), Hikayah Bi La Bidayah Wa La Nihayah dan Syahru al-'Asal (1971), al-Maraya (1972), al-Hubbu Tahta al-Mathar (1973), al-Karnak (1974), Hikayat Haratina, Qalbu al-Lail, dan Hadhrat al-Muhtaromi (1975), Milhamah al-Harafisy (1977), al-Hubbu Fauqa Hadhbat al-Haram dan asy-Syaithan (1979), 'Ashru al-Hubbi (1980), dan Afrah al-Qubbah (1981). Pada tahun 1994, Mahfuz mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Ia ditikam di bagian leher dengan sebilah pisau dapur. Kejadian ini membuat tangan kanan Mahfuz hampir mengalami kelumpuhan. Dua orang anggota kelompok militan yang terlibat dalam kejadian ini, divonis hukuman mati oleh pemerintah Mesir. Pada masa tuanya, Najib Mahfuz hidup dengan mata yang hampir buta dan kemudian meninggal pada 30 Agustus 2006 setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Penghargaan : - 1968 hadiah kesusastraan dari Pemerintah Mesir - 1972 menerima Decoration of Republic of the 1st Order. - 1988 menerima Collar of the Nile which is the highest order in Egypt. - 1988 menerima anugerah Nobel Sastra dari Akademi Nobel Swedia

Cara Membuat Essay yang Baik

Cara Membuat Essay yang Baik gimana cara membuat essay yang baik dan sistematis menurut wikipedia: Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut: 1. Menentukan tema atau topik 2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas 3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas 4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya. 5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai tersebut. 6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral. 7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh. saya kurang mengerti di point kedua, tolong dong anda berikan contoh menulis essay yang benar, lengkap dan sistematis (yang kurang lebih 1000 kata) kemudian jikalau ada kutipan dari buku, bagaimana saya menuliskannya dan apakah memakai daftar pustaka?? klo ada di mana saya letakkan daftar pustaka, apakah di halaman yang sama atau di halaman yang berbeda 2. membuat garis besar ide-ide yang akan kita bahas Misal saudara mau buat essay dengan tema: Keterlibatan Tuhan terhadap Kaum Miskin garis besar ide-idenya: 1. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Budaya Timur Tengah 2. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Kisah Kitab Suci 3. Tuhan dan Kaum Miskin dalam Jeritan Mereka yang Termarjinalkan.etc kalau ada kutipan dari buku, diakhir kata/kalimat yang dikutip biasanya diberi catatan kaki (Inset, reference, footnote, insert, kalau sudah keluar angka pada halaman paling bawah, tulis nama pengarang, judul buku (ditulis miring), penerbit, kota terbit, tahun. halaman dari kata/kalimat yang saudara tadi kutip. jika mau diberi daftar pustaka, silakan lihat catatan kaki yang sudah saudara buat. Pembuatan daftar pustaka biasanya dibuat pada halaman yang paling belakang, diurutkan sesuai dengan abjad. misal: Anan, Bandirto.1976. Zamrud Katulistiwa. Merapi. Yogyakarta. Sudibyo, Bambang (Nama di balik).1980. Era Orde Baru (judul buku dibuat miring). Kanisius. Yogyakarta Struktur sebuah esay terdiri dari 3 tiga bagian: 1. Pengantar/Pengenalan (5% dari total essay)Biasanya 1 - 2 paragraf yang berisikan satu atau lebih hal-hal berikut ini: definisi masalah, pembatasan asumsi, istilah-istilah teknis yang digunakan dan tujuan penulisan, yang bisa menjelaskan secara seksama sebuah dalil yang kita ungkapkan. 2. Pembahasan/Argumentasi (85%-90% dari total esay)Bagian utama dari sebuah esay yang ditujukan untuk mengungkapkan bukti-bukti dalam bentuk: (a) logika penalaran pribadi, (b) teori-teori yang ada, atau (c) secara empiris melalui penelitian, yang relevan dengan masalah yang kita bahas. Dalam bagian ini kita memerlukan contoh-contoh, logika, teori, hasil penelitian yang masuk akal dan relevan dengan pernyataan-pernyataan yang tegas.Lebih baik lagi seandainya kita menyisipkan teknik devil's advocate atau kontra argumentasi dalam setiap pernyataan-pernyataan yang kita buat sehingga esay kita menjadi sulit untuk diserang.Dalam hal ini kita juga perlu mengumpulkan banyak bacaan dari topik yang dibahas dengan tentunya harus mencantumkan referensi-referensi. Hindari plagiarisme!Seandainya kita tidak bisa mendapatkan contoh-contoh dari teori, media, internet atau sumber-sumber yang lain, masukkan contoh-contoh dari pengalaman pribadi atau contoh praktis. 3. Penuntup/Kesimpulan (5%-10% dari total esay)Panjangnya penutup atau kesimpulan tergantung dari bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ungkapan dalam bagian definisi masalah pada bagian pembukaan. Jawaban-jawaban ini sebenarnya berkaitan dengan bukti-bukti yang kita bahas pada bagian argumentasi/pembahasan yang masih dalam kerangka tujuan penulisan. Lebih baik lagi, kalau ada penekanan terhadap argumentasi yang paling kuat yang paling dikuasai pada bagian pembahasan. Panduan Dasar Menulis Esai Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai. Struktur Sebuah Esai Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf: 1. Paragraf pertama: Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik. 2. Paragraf kedua sampai kelima: Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing- masing sub topik. 3. Paragraf kelima (terakhir): Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca Langkah-langkah membuat Esai 1. Memilih Topik Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya. Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya. Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter. 2. Tentukan Tujuan Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya. 3. Tuliskan Minat Anda Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala. 4. Evaluasi Potensial Topik Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih. Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis. 5. Membuat Outline Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir. 1. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas 2. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya 3. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud: • Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik • Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca • Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut 4. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama 6. Menuliskan Tesis Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian: • Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia • Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst. 7. Menuliskan Tubuh Esai Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda. Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa: • Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama” • Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris. • Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi • Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf. • Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan. 8. Menulis Paragraf Pertama • Mulailah dengan menarik perhatian pembaca. • Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat. • Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati. • Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda. • Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda. • Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda. 9. Menuliskan Kesimpulan Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda. 10. Memberikah Sentuhan Akhir • Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat. • Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya • Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda. • Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal? • Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya • Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.

perkataan mutiara para ulama

berikut ini beberapa perkataan mutiara para ulama: 1." كن كالشمس في النهار وكن كالقمر في الليل . و لا تكن سواهما. فإنهما كالعالم الرباني. وأما سواهما كالجهل. وكن سلفيا على الجادة". Artinya: ''jadilah engkau seperti matahari di siang hari. Dan jadilah seperti bulan dimalam hari, karena yang demikian itu seperti seorang alim robbaniy. Dan janganlah engkau menjadi yang selain ke2nya. Karena selain yang ke-dua tadi ibarat kebodohan. Dan JADILAH SALAFI YANG SEJATI. 2. "الزم طريق الهدى و لا تحزن بقلة السالكين. و احذر طريق الضلالة, و لا تغتر بكثرة الهالكين". Artinya: ''beriltizamlah terhadap jalan yang lurus dan benar dan janganlah engkau bersedih dengan sedikitnya yang meniti jalan tersebut. Dan jauhilah jalan yang sesat, dan janganlah engkau tertipu dengan banyaknya orang yang sesat''. 3. "من كانت همته في بطنه فقمتها ما خرج منه " Artinya: ''barangsiapa yang cita-citanya terletak pada perutnya, maka puncak kesuksesannya seperti apa yang keluar dari perutnya pula'' 4. "بقدر الكد تكسب المعالي ومن طلب العلى سهرالليالي" . Artinya: ''sesuai kadar usaha nya ia mencapai cita-cita yang tinggi. Dan barangsiapa yang mencari puncak kesuksesan maka ia harus ''begadang malam''. 5. "لن ينال السعادة من يلازم الوسادة" Artinya: ''tidak akan dicapai kebahagiaan bagi orang yang beriltizam terhadap bantal dan gulingnya''. 6. قال شيخ الاسلام ابن تيمية : "الذكر للقلب كالماء للسمك فكيف يكون حال السمك اذا أخرج من الماء" Artinya: ibnu taimiyyah berkata: "dzikir dan mengingat Allah bagi hati bagaikan air dengan ikan. Maka bagaimana keadaan seekor ikan apabila dikeluarkan dari air?". 7. "لا تحقرن صغيرة فإن الجبال من الحصى". Artinya: "janganlah engkau meremehkan sesuatu yang sekecil apapun. Karena sesungguhnya sebuah gunung berasal dari batu kerikil". 8. قال الإمام مالك:" من قال لا أدرى فقد أفتى". Artinya: imam malik berkata: "barangsiapa yang berkata, "saya tidak tahu", maka ia telah berfatwa". 9. "ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها إن السفينة لا تجري على اليبس" Artinya: "engkau mengharap keberhasilan namun engkau tak mau meniti jalan tuk mencapainya. Sesungguhnya perahu tidaklah berjalan di daratan" 10. "العلم بلاعمل كالشجرة بلا ثمر" . Artinya: "ilmu tanpa amalan bagaikan pohon tanpa buah". 11. "اللبيب بالإشارة يفهم. و الحمار بالضرب يفعل". Artinya: "seorang yang berakal dengan isyarat saja ìa faham, namun sebaliknya, seekor keledai baru bisa faham jika dengan pukulan". 12. " إذا ما خلوت الدهر فلا تقل خلوت و لكن قل علي رقيب " Artinya: "apabila engkau sedang berada dalam kesendirian maka janganlah engkau bilang, saya sedang sendiri. Namun katakanlah, ada yang mengawasi saya". 13. قال إمام ابن القيم, كثيرا ما يقول شيخ الاسلام ابن تيمية: " من فارق الدليل ضل السبيل. ولا دليل إلا بما جاء عن رسول الله صلى الله عليه وسلم". Artinya: berkata ibnul qoyyim aljauziyyah: "perkataan yang paling sering diucap oleh shaikhul islam ibnu taimiyyah adalah: "barangsiapa yang memisahkan dalil maka sungguh dia telah tersesat di jalan, dan tidak ada dalil kecuali apa yang datang dari Rosulullah shollallahu alaihi wasallam"

PLAT

PLAT Daerah Parakan merupakan daerah padat yang terletak di antara dua kota. Meskipun daerah ini dikatakan perkampungan namun layaknya kota banyak kendaraan mondra-mandir hingga membuat bising. Maklum desa ini memang terletak di daerah perkotaan yang penduduknya didominasi pendatang. Hanya 30% sajalah penduduk asli yang mendiami daerah Parakan tersebut. Termasuk pak Mail, laki-laki paruh baya namun masih tampak gagah ini, dengan kumis tipis merayu yang sedikit bergelombang, tatapan yang tajam dan badan tegap besar layaknya boudyguard di mal-mal. Bapak tiga anak dengan satu istri ini merupakan penduduk dan kelahiran Parakan asli. Sudah hampir 48 tahun ia tapakan kakinya di daerah tersebut sebagai juragan angkot. Sebagai putra daerah beliau paham benar daerah-daerah disekitar mulai dari sabang dan meraukenya Parakan. Bukan hanya itu, juga banyak cerita-cerita seram yang asing baginya. Diluar daerah Parakan, masyarakat sekitar mengenal daerah ini dengan sebutan plat 28. Julukan yang belum bisa difahami kecuali setelah mendengar cerita aneh di daerah ini yang sudah terjadi semenjak 26 tahun silam. Parakan mulai didengar publik setelah terjadinya kecelakaann maut ganda yang menewaskan lebih dari 23 orang dan 5 orang dinyatakan hilang yang hingga sekarang belum ditemukan. Kejadian naas tersebut terjadi antara empat kendaraan, dua kendaraan bermotor, satu mobil xenia dan satu buah bus angkutan kota. Peristiwa tersebut terjadi pukul 15.08 sore hari tatkala sebuah motor bebek mencoba berputar arah tanpa memperhatikan keadaan sekitar, tanpa disadari berhenti mendadak dan diterjang bus angkot yang melaju dengan cepat dan tak menyadari kalau motor tersebut akan berhenti mendadak. Secara reflek supir bus mencoba menghindari motor itu namun tanpa disadari pula xenia silver melaju cepat disebelah kanan bus dan hantaman keras pun tak terhindari yang menyebabkan xenia tersebut terlempar keras kearah trotoar jalan dimana ada sepasang kekasih diatas motor tertimpa mobil xenia. Bus itu pula teguling-guling gingga 8 x putaran yang menewaskan semua orang ada di bus begitu pula pengendara motor, empat orang dalam xenia dan dua pasangan malang yang hidup dan mati ditempat kejadian. Seminggu setelah kejadian tersebut Parakan gempar dengan adanya isu dan kabar bahwa semua kendaraan yang mengalami kecelakaan saat itu memiliki plat yang ada digit angka 28, baik diawal maupun terletak di akhir. “Plat yang membawa sial kata mereka”. Namun kabar tersebut tidak berlangsung lama karena banyak yang meyakini hal itu merupakan suatu hal yang tabu, kebetulan dan apa salah 28 hingga dijadikan plat yang membawa sial. Tiga tahun kemudian Kabar Plat 28, membawa sial, kematian yang mengenaskan itu mulai tersiar kembali, bukan hanya di daerah Parakan tapi meluas hingga kedaerah yang lain. Hal ini dikarnakan terjadi lagi kecelakan yang membawa embel-embel plat 28 pada dua buah kendaraan yang menewaskan semua pengendaranya. Dalam jangka enam tahun terjadi kejadian yang sama pada beberapa kendaraan yang memiliki plat yang ada digit 28nya. Kejadian tersebut sontak membuat masyarakat sekitar menjadi ragu bahwa itu merupakan sebuah kebetulan dan mulai meyakini bahwa plat 28 platnya malikat pencabut nyawa. Orang-orang yang memiliki plat seperti itu pun sudah mereka cibir akan mati dalam kasus yang sama. Namun hal itu berbeda dengan pak mail yang sama sekali tidak meyakini kabar tersebut. Bagi beliau kecelakaan itu wajar, dan plat 28 tersebut merupakan sebuah kebetulan saja. “didaerah kita banyak terjadi kecelakaan yang tidak memiliki plat 28, tapi kenapa hanya kecelakaan dengan plat 28 saja yang di besar-besarkan. Artinya ini kejadian kecelakaan yang wajar” dan juga semenjak 17 tahun lalu tidak ada kan kecelakan plat 28 lagi, tegas pak Mail saat berbincang-bincang dengan teman-temanya. Tapi pak Mail, seru pak Joko yang tampak 5 tahun lebih tua dari pak Mail. Sambil menghisap rokok dan menedip-ngedipkan matanya ia berkata, “tidak ada kecelakaan plat 28 lagi kan karena didaerah kita ada larangan membawa kendaraan dengan plat tersebut, kalaupun harus dibawa dituntun sampai keluar daerah atau ditumpangkan dikendaraan lain.” Iya iya sahut pak Waluyo dengan semangat sambil menyeruput teh hangat buatan bu Mail,” ditambah lagi perbedaannya pak, kecelakaan plat 28 pasti merenggut nyawa ditempat. Berbeda dengan kecelakaan lain yang kalupun pengendara mati masih sempat dibawa-bawa. Saya tetap nggak percaya pak sanggah pak Mail, saya putra bumi Parakan faham daerah saya, lagian kita semua pasti mati, iya kan? Allah tuh yang bilang lho. Bapak mau kapan dan gimana ni.. canda pak Mail dengan menepuk bahu pak Waluyo seraya tersenyum lebar. Tak ingin kalah bercanda, pak Waluyo berkata: “ iya juga sih, saya percaya kalau pak Mail ndak percaya hal itu, justru malah pak Mail ni punya platnya malaikat pencabut nyawa tu dirumah, jadi saya gak perlu tanya gimana, tapi kapan maunya” canda pak Waluyo agak meledek. Setelah pak Waluyo dan Joko berpamitan pulang, pak mail tidak lantas masuk rumah, ia membatin sejenak. Ia ingin membuktikan hal itu sendiri namun juga bimbang. Kalupun akan diserahkan ke supir lain di daerah ini, siapa yang mau? Pak mail memang memiliki sebuah angkot yang ber plat 28, ia pun tidak mengoprasikanya karena khawatir dan saran dari istrinya. Sebenarnya pak mail ingin mengoprasikan angkot tersebut dengan menggunakan plat lain atau menggantintya, namun karena ia benar-benar tak percaya akhirnya ia menyimpan plat tersebut. Suatu hari 05 desember 2012 pak mail pergi kedarah Wangupadan guna mengurus surat-surat keluarga. Ia mengendarai sepeda motor hitam. Sekembalinya dan setiba dijalan dimana pernah terjadi kecelakaan 26 tahun silam, beliau merasa ada hal aneh. Ia merasakan hari yang tidak biasa. Dengan motor bebek terbarunya beliau tanacap gas agar bias cepat sampai dirumah. Perjalanan kerumah tidaklah jauh hanya membutuhkan satu jam perjalanan. Setibanya pertigaan ia memperlambat motornya dan tiba-tiba, sesuatu yang tak ia sangka dihadapan beliau sebuah mobil carry biru dengan kecepatan 160 KM per jam menghantam dua buah kendaraan bermotor yang terpental kurang lebih tujuh meter dari hadapan pak Mail. Pak Mail tidak bisa berkedip. Rasanya ia melihat malaikat Izrail turun dihadapanya mecabut nyawa dua pengendara bermotor terebut kemudian berpaling kepadanya seraya tersenyum dan berkata, giliranmu….? Pak Mail tidak bisa bergerak sedikitpun, tangan dan kakinya kaku, mulutnya serasa diperban 50 kali perban hingga mengeluarkan kata ah saja sulit rasanya. Dalam keheningan beliau hanya dapat melihat orang-orang berkerumun ditengahnya. Malaikat Izrail masih tersenyum padanya angka 28, 28, 28 terus terbayang dipikiranya. Yang membuat beliau bertambah shok adalah ternyata beliau melihat mayat yang diangkut oleh masyarakat adalah jasad beliau dengan penuh luka, kepala dipenuhi darah segar mengalir, tampak terlihat retakan di kepala. Pak Mail ingin sekali memejamkan matanya, namun senyuman malaikat pencabut nyawa tersebut membuat matanya berhenti berkedip, secara perlahan tangannya terasa dingin tersentuh malaikat itu. pak Mail mencoba berontak, memberontak lagi hingga akhirnya mata beliau dapat berkedip kembali. namun ia tak mendapati malaikat Izrail tersebut dihadapanya, justru istrinyalah yang memegang tangan pak Mail dengan erat seraya meneteskan air mata bahagia karena beliau sudah siuman. Badan pak Mail, menggigil dan basah kuyub karena keringat kejang-kejang. Ia pinsan saat menyaksikan kecelakan maut tersebut dan dibawa oleh masyarakat kerumah. Selama perjalanan ia hanya mengucapkan angka 28 giliran ku.. giliran ku yang membuat isri dan anak-anaknya takut. Sehari kemudian pak Mail berfikir apa makna dari kejadian yag menimpanya kemarin, ia masih tak percaya namun selalu merasa takut jika mengingatnya. Pak mail meyakini ada hikmah dibalik kejadian itu. Pukul 14.09 tiba-tiba pak Mail berpamitan dengan keluarga untuk pergi keluar. Dengan cepat pak mail keluar membawa angkotnya yang ber plat 28 tersebut, sang istri yang mengetahui hal itu mencoba mengejar dan meminta bantuan warga untuk mencegah beliau. Semau tetangga berhamburan, mengejar beliau dengan kendaraan mereka masing-masing. Istri pak Mail pun ikut dengan salah sorang tetangga, ia tak henti-hentinya menagis. Pak Mail sendiri tak tau apa yang akan ia lakukan, ia hanya percaya dan berdoa. Ia tancapkan gas penuh menuju jalan dimana terjadi kecelakan 26 tahun silam. Beberapa saat kemudian Suara benturan keras pun terdengar. “Kecelakaan” teriak warga, “plat 28 lagi”. Mendengar suara tersebut bu Mail jatuh pinsan dari motor. Mobil angkot pak mail menabrak trotoar jalan hingga menggulingkan angkotnya. Dalam mobil tersebut pak Mail tidak bergerak. Para warga dengan cepat berupaya mengevakuasi pak mail dari mobil angkotnya. Setelah evakuasi para warga takjub pak Mail hanya mengalami luka ringan di siku tangan, tiba-tiba beliau bangun tersenyum dan langsung pulang kerumah. Setelah kejadian itu banyak orang yang berkunjung ke rumah pak Mail, mereka penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan pak Mail kenapa sikapnya aneh, seolah ingin bunuh diri dengan menantang maut, membawa kendaraan plat 28 dengan kecepatan tinggi. Disetiap perbincangan pak Mail selalu berkata : “saya hanya percaya, meyakini kehendak Tuhan, saya masih hidup karena kehendaknya, plat itu bukan penentu nasib saya. Sejenak Ia helakan nafas, memandang langit seraya tersenyum dan berkata: Sekarang saya semakin percaya.

GERIGI MAHKOTA SIGER

GERIGI MAHKOTA SIGER Lautan terhampar luas. Kupandangi sekelilingku hanya dapat kulihat beberapa pulau-pulau kecil. Aku tak tahu apakah pulau-pulau itu berpenghuni, tetapi nampak ada beberapa perahu nelayan dan gubuk disana. Angin terus berhembus, mengombang-ambingkan rambutku. Kuhanya menatap buih-buih air yang semakin menjauh dan menghilang. Sesaat kupalingkan wajahku. Sudah tampak dari kejauhan bagunan khas, berwarna kuning emas dengan tujuh tanduk besar. Landmark of Lampung, Menara Siger yang menjadi tanda sebagai titik nol pulau Sumatra. Bangunan dengan tinggi sekitar 30 m menjadi tanda bagi para penumpang kapal bahwa mereka sudah mendekati pulau Sumatra. Bangunan yang menjadi icon Lampung saat ini juga menjadi tempat pariwisata. Dari dalam Menara Siger kita bisa melihat luasnya Selat Sunda. Keindahan alam yang diberikan sangat luar biasa. Dari ketingggian 110 diatas permukaan laut. Ya, kalau di Paris ada menara Eiffel, Jakarta ada Monas, Bukittinggi ada Jam Gadang, Palembang ada Jembatan Ampera, Bandung ada Gedung Sate, Kalimantan Barat ada Tugu Khatulistiwa dan Yogyakarta ada Tugu Jogja. Nah, kalau di Lampung inilah iconnya, Menara Siger. Selintas kuingat bahwa Siger merupakan benda yang sangat penting bagi penduduk Lampung, baik yang beradat Saibatin maupun Pepadun. Siger direpresentasikan sebagai mahkota keagungan dalam adat budaya Lampung. Guruku dulu pun pernah berkata bahwa siger bukan hanya sekedar lambang dari daerah Provinsi Lampung, melainkan gambaran dari sikap orang lampung sejak dulu. Jadi, benda ini memiliki makna filosofi yang sangat dalam bagi masyarakat lampung, khususnya pribumi. Lima kembang penghias Siger itu yang melambangkan lima sikap penduduknya, yakni: Pill Pusanggiri, Juluk Adok, Nemui Nyimah, Negah Nyampur dan Sakai Sambayan. Kepulanganku saat ini karena kakak perempuanku akan menggunakan mahkota Siger pada acara pernikahanya. Sungguh merupakan kebanggaan bagi kami. Menurutku tak salah kiranya Siger ini dijadikan icon Lampung, mengingat makna Siger yang sudah melekat erat pada masyarakatnya. Menara yang terlihat dari tengah lautan menunjukan titik nol pulau Sumatra yang dimulai didaerah yang dulu dikenal sebagai sumber Lada Hitam. Dalam perjalanan dari Bakauheni ke Tanggamus. Karena sudah lama tak pulang, ku benar-benar dibuat kagum. Disetiap toko, rumah, pusat perbelanjaan terdapat hiasan Siger diatas pintunya. Benar-benar simbol yang dijadikan ciri khas provinsi ini. Jadi, kalau disebut kata Siger pastilah Lampung yang dituju. Seperti Jakarta dengan Monasnya, pada level internasional seperti New York dengan patung Liberty, Paris menara Eiffel. Dalam perjalanan tak hentinya ku memandangi bangunan-bangunan itu. Hingga rasa lelahku selama perjalanan membuatku terlelap dalam kekaguman. *** Rumah sangat ramai. Kebun-kebun coklat dekat rumah masih terlihat berjejer rapi seperti empat tahun yang lalu saat ku tinggalkan daerahku ini, hanya ada sedikit perubahan, dimana berdiri rumah baru yang masih sangat asing bagiku. Kulihat anak-anak sudah hilir mudik ke sekolah, muda-mudi sudah mulai beraktifitas. “Dimana kakaku?” pikirku Beberapa saat kulihat ia sedang duduk bersama ibu di ruang tengah, ia tampak bahagia, ku pun ikut bahagia. “Kakak akan memakai mahkota Siger itu?” tanyaku padanya. “Iya, tentu” jawab kakak dengan yakin. “Apa kamu ingin mencobanya?” ia balik bertanya seraya tersenyum. “Nampaknya sangat berat, apa kakak mampu memakainya?” candaku padanya. Namun ia hanya tersenyum. “Kami dulu sering bertengkar masalah-masalah sepele. Karena ia anak wanita satu-satunya, terkadang kumerasa iri melihat perhatian lebih padanya. Namun sekararang berbeda. Suaminyalah yang akan membimbingnya. Mungkin kuakan sulit bertemu denganya lagi. Apalagi sekembalinya aku ke kota. Bahkan mungkin tak akan berjumpa lagi” ujarku dalam hati. Sebelum hari pernikahanya, rumah sangat ramai. Bersama masyarakat aku memasang tarub hingga ke daerah tetangga. Membabat rumput-rumput yang sudah mulai meninggi, mempersiapkan segalanya. Acara ini seperti acara mereka sendiri, sikap gotong royong yang hangat yang sudah lama tak kurasakan saat tinggal di kota. Seperti sikap masyarakat yang tercermin dalam lima kembang penghias yang bertengger pada Siger, salah satunya yakni Sakai Sambayan (senang bergotong royong dan saling membantu dengan masyarakat luas). Dihari pernikahan, seperti adat biasanya, kakaku keluar dengan pakaian adat Lampung, ia nampak bagai seorang putri raja, berjalan anggun dengan mahkota Siger dikepalanya. Pipinya kemerah-merahan, kakaku sangat cantik. Ia tersenyum melihatku. Ia berjalan perlahan-lahan. Namun Saat kuperhatikan, nampaknya ada yang aneh. “Mahkota Siger itu, kenapa jumlah tanduknya ada 13?” Tanyaku dalam hati. Kuperhatikan sekali lagi dan kuhitung berulang-ulang, satu, dua, tiga, empat..... tiga belas. Bukankah seharusnya tujuh atau sembilan. Dengan angka tiga belas itu ku mulai berfikir yang aneh-aneh. Angka jelek, angka buruk, angka membawa sial. “Ini pasti karena mataku yang sudah agak rabun” kucoba yakinkan diri. Belum pernah kulihat ada mahkota Siger bertanduk 13. Sambil berfikir kucoba meyakinkan diriku. Kucoba tenang, namun masih saja pikiranku bertanya-tanya. Saat pikiranku masih kacau karena keanehan itu, mendadak suasana hening, hilang, sangat sepi, tak terdengar suara-suara kecil pun ditelingaku. Orang-orang terlihat panik, gugup. Getaran apa ini. Makin lama makin membesar. Tiba-tiba kesunyian itu pecah, suara gemuruh orang-orang dimana-mana, mereka panik. Dari kejauhan terdengar suara yang kian detik terdengar makin jelas. Lindu....lindu...ada lindu... semua orang makin panik, lari tunggang-langgang. Getaran semakin kuat, kucoba tetap berdiri. Gempa ini makin besar, entah berapa skala richter. Tanah seolah naik turun menggoyak isi perutku, sudah tak jelas pandangan ini karena semua sudah bergoyang tak tentu, bangunan-bangunan pun nampaknya ikut bergerak tak tentu. Seperti berada di lautan dengan ombak yang besar, kami semua terombang-ambing. Tarub- tarub yang telah kami pasang semuanya rubuh, panggung pernikahan berantakan. Kepalaku makin pusing. Semua orang berlarian tak tentu mencari tempat berlindung, Semua orang berfikir menyelamatkan diri mereka masing-masing. Gempa ini makin besar, dimana kakak, dimana keluargaku. Semuanya mulai tak tampak, puluhan orang berlarian disekitarku serta berteriak-teriak ketakutan. Sesaat kemudian suasana kembali sunyi, banguanan-bangunan tinggal puing-puing, sudah rata dengan tanah. Semua gelap. *** Saat semua menjadi terang. Kusadar sudah dimana kuberada, tempat yang sangat ramai, mulai dari laki-laki, wanita, anak-anak serta wanita-wanita sepuh berkumpul dalam satu tempat. Tenggorokanku terasa kering. Lemas sekali rasanya tubuh ini. Kulihat sekelilingku semuanya rata, orang-orang meratapi apa yang sudah terjadi. Semuanya berantakan. “Lalu dimana kakak, ibu dan ayahku. Dimana keluargaku? Ku bertanya pada diri sendiri. Segera kucari mereka. Kuperiksa satu persatu barak-barak pengungsian yang penuh dan sumpek itu. Namun tak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Setelah beberapa saat mencari, dari kejauhan nampak seperti benda yang membuat pikiranku ingat sesaat sebelum gempa itu datang. Itu... mahkota siger kakaku. Ku yakin itu. Segera ku menghampirinya dan berharap keluargaku berada disana. Iya, ini mahkota Siger kakaku, bertanduk 13, jumlah angka yang membuatku merinding. Kenapa mahkota ini bertanduk 13. kumenoleh ke kanan dan kekiri mencari keluargaku dengan mahkota masih ditangan. Seorang petugas yang melihatku mendekat dan bertanya. “Maaf apa yang sedang abang cari, adakah yang bisa saya bantu?” tanya petugas itu menawarkan bantuan. “Oh, iya, dimana benda ini ditemukan. Aku mencari keluargaku, kakaku yang memiliki mahkota ini”. Ujarku dengan penuh harapan bahwa mereka masih hidup dan bisa berjumpa denganku. “Kalau begitu abang ikut saya” ajak sang petugas. Petugas itu berjalan sangat cepat, aku pun ingin menyusulnya. Kami melewati beberapa barak yang tadi belum sempat kudatangi. “Innalillahi wa inna ilai raji’un,” aku kaget. Setelah melalui beberapa barak-barak itu, kumelihat ada satu barak yang penuh dengan mayat-mayat korban gempa. Rasa ketir dihatiku mulai muncul. Begitu banyak korban, tak kuasa kumelihatnya. Sambil terus mencari, hatiku mulai merasa lemah. Air mataku mengalir seraya menyebut ketiga orang yang kusayangi itu. Bibirku gemetaran. “Ya Allah jika benar diantara mayat-mayat ini ada keluargaku, sungguh tak kuasa ku berdiri tegak menahan berat tubuhku. Air mata ini pun mungkin akan menguras muaranya hingga kering habis” ujarku dalam hati. Dengan rasa sendu dan tangis kecil, kumulai menyusuri satu persatu mayat tersebut. Ketika melihat wajahnya dalam hati kuberharap bukan keluargaku, bukan keluargaku. Hingga akhir, tak kudapati keluargaku terbujur lemas diantara tubuh-tubuh tak berdaya itu. Hatiku merasa lega namun masih timbul kecemasan karena aku belum menemukan mereka. “Salah seorang petugas mengatakan bahwa mahkota itu berada ditangan salah satu mayat saat benda itu temukan” petugas itu berkata dengan mengelus pundakku mencoba memberikan dorongan untuk bersabar. “Apa petugas disini memiliki daftar nama-nama korban yang selamat ataupun meninggal Pak?” dengan masih berbalut kesedihan kubertanya. “Mari ikut saya” ajak petugas itu lagi. Ia berjalan lagi dengan cepat, namun kali ini aku tak bisa mengimbangi jalanya. Kuberjalan lurus dengan kepala menoleh kekiri dan kanan melihat semua kehancuran yang disebabkan beberapa menit gempa dahsyat itu. Sesampainya di post jaga. Kumulai memeriksa nama-nama korban yang meninggal satu persatu. Ku mulai dari daftar itu dan berharap tidak ada daftar nama keluargaku baik ibu, ayah dan kakak perempuanku. Dari lembar pertama kubalik, kedua ketiga hingga lembar terakhir. Total korban tewas mencapai lebih dari 80 orang. Setelah yakin memeriksa daftar tersebut. Kuberalih ke daftar korban selamat. Dengan penuh antusias kuperiksa detail sekali, satu nama bisa kueja berkali-kali. Lembar pertama, lembar kedua, pada lembar ketiga, dibaris ke 13 ada nama Lestari. “Ini nama kakaku. Iya ini nama kakaku. Alhamdulillah” ucapku keras Kucari lagi nama kedua orang tuaku. Lembar demi lembar namun tak ada. “Kenapa tidak ada” ujar ku berbisik. Kembali kuperiksa lembar ke tiga, baris ke 13, Lestari..... “Iya ini nama kakaku,” Tapi,.. dari desa Pejulungan sedangkan desaku Waydalam. Kembali ku berlinang air mata. Apa-apaan ini. Kenapa nama mereka sama, ingin sekali kuganti nama desa Pejulungan itu dengan nama desaku, lalu kurobek-robek kerta itu menjadi serpihan-serpihan kecil. Kembali kududuk tersungkur ke tanah. Tak habis pikir, nama ketiga orang yang kusayangi tidak ada baik didaftar kematian maupun orang selamat. Aku hanya terdiam. Sesaat ku bangkit dan bertanya lagi. “Apakah ada buku daftar lain Pak?” “Ini ada buku daftar nama warga yang belum ditemukan hingga saat ini?” ujar sang petugas Kuambil buku itu, mataku lembab dengan air mata yang sedari tadi mengalir. Kubuka hanya ada satu lembar. Ada tiga orang yang belum ditemukan. Tertulis nama, Ujang Ahmad, Murnia dan Lestari ketiganya dari desa Waydalam. Mataku yang sudah lembab membengkak. Kembali melinangkan air mata. Mereka belum ditemukan, keluargaku menghilang. *** Hari demi hari. Kumasih setia di pengungsian. Menanti petugas menemukan keluargaku yang hilang. Aku tak tahu nasib mereka karena menghilang dan tak ada kabarnya sama sekali. Aku hanya percaya dan yakin mereka masih hidup. Hari ke tujuh setelah gempa. Suasana pengungsian sudah tak seheboh kali pertama. Nampakanya mereka sudah mulai beraktifitas meski masih sebagai pengungsi, mencari puing-puing tersisa, menanti bantuan pemerintah, dan mengharap kemurahan hati orang lain. Anak-anak bermain di sekitar situ, berlari-lari. Mereka tak sekolah karena bangunan sekolah pun ikut rata dengan tanah. Keesokan harinya kuikut bersama petugas berjalan-jalan melihat puing-puing rumah yang runtuh. Kuputuskan untuk pergi kedesaku, melihat kondisi rumah, tarub-tarub dan pangung kebahagiaan yang pastinya porak-poranda. Sementara ini tak ada angkot yang beroprasi. Menuju ke rumah memerlukan waktu dua jam dengna berjalan kaki karena barak pengungsian berada di daerah kota. Selama perjalanan hanya puing-puing yang kulihat, sesekali ada beberapa warga yang mencari barang-barang yang masih bisa digunakan. Sesampainya didesaku. Suasana sepi. Hanya beberapa orang saja yang tampak. Rumahku hancur, tarub, kayu-kayu panggung itu masih berada disana belum dibereskan. Semua nampak sangat luas tak ada yang menghalangi pandanganku. Kucoba duduk beberapa saat di atas puing-puing rumahku. Kutarik nafas panjang. “Dimana keluargaku, selamatkanlah mereka, pertemukanlah kami” air mata itu kembali menetes. Tak ada yang tersisa. Hanya puing-puing. Malam itu kuputuskan untuk bermalam disana. Angin dingin berhembus menjalar tubuh kurusku. Malam ini gelap sekali hanya sinar rembulan yang masih bersinar. Entah ia tersenyum atau ikut sedih bersamaku. Malam itu, hanya doa yang selalu kulantunkan. Harapan, keyakinan bahwa mereka masih hidup dan kami akan bertemu lagi. Kubaringkan tubuhku yang disenari rembulan. Mulutku tak henti berdoa, hatiku terus berharap dan percaya namun mataku pun tak henti-hentinya mencucurkan air mata. Mataku sembab basah. Beberapa saat, ada suara seseorang yang membangunkanku, ia menyentuhku, mengerakan tubuhku. Karena tangis, mataku menjadi lengket dan sulit untuk kubuka. Seseorang berucap, “Hey,.... kenapa matamu, kamu tidur sambil menangis”. Ku kenal suara itu.. itu suara kak Lestari. Allah mengabulkan doaku. Kukucek mataku agar bisa melihatnya. Benar ini kakaku, kak Lestari. Ia selamat, apakah ini hanya mimpi. “Kakak selamat” teriaku kegirangan. Semua orang melihatku heran. Kuterus berteriak, bersyukur, “Ya Allah terimakasih, Engkau selamatkan kakaku”. “Hey, Yan, kamu ini kenapa?” tanya kakak bingung. Ku tersenyum melihat wajahnya. Namun beberapa saat kemudian, kulihat sekelilingku, ada ibu, ayah dan para tetangga melihatku keheranan. Sekarang aku yang heran ada apa ini. Ini desaku, rumahku, kakak, ibu, ayah dan para tetangga serta ini mahkota siger betanduk sembilan bukan tiga belas. Kuberlari keluar. Kulihat sekelilingku semuanya kembali seperti semula. Kumasih heran. Keluargaku ikut keluar dan merasa heran dengan tingkahku. Dengan tersenyum kuberteriak, “Terimakasih ya Allah”. Aku benar-benar tak tahu apakah tragedi gempa itu hanya mimpi ataukah saat ini aku sedang bermimpi dan semuanya saat ini hanyalah mimpi. Entahlah, yang pasti, kubersyukur karena saat ini kuberkumpul dengan keluargaku. Kulihat lagi mahkota Siger kakakku ini, kuyakin tanduknya ada sembilan bukan tiga belas. By : Septian S BIODATA Nama : Septian Saputro Alamat asal : Kuripan, Kotaagung, Tanggamus, Lampung Alamat sekarang : Jl. Ambarukmo. RT 01 RW 02. No. 107 Condongcatur Yogyakarta. No Handphone : NIK : 1806012409900001 Alamat Facebook : ianseptian12 Alamat Twitter : @septiansaputro ianseptian12@yahoo.co.id

Cerpen : Harapan sang lilin kecil

kalau nulis aja mungkin mudah tapi hasilnya belum tentu baik. semua orang bisa menulis tapi ngak semua orang bisa menulis dengan baik. ada baiknya mengikuti saran ini kalau pengen nulis "kalau mau nulis-nulis aja jang dipikir dulu" ini baik buat kita biar gak terlalu pusing mau nulis apa yang dipikir baru nanti hasil tulisanya. namun baiknya jika dibuat kerangka biar tulisanya gk lari ngalor ngidul. so friend... nulis itu kebiasaan. Harus banyak prakteknya selain itu juga harus banyak baca. jadi yuk kita sama-sama belajar menuangkan pikiran bukan hanya dengan celotehan tapi dengan tlisan. HARAPAN SANG LILIN KECIL Tok.. tok.. tok tok tok … inilah suara ketukan pintu yang setiap harinya ku dengar pukul 03.00 dini hari, ketukan lemah lembut dari jari-jari mungil seorang anak wanita, adikku yang tiga hari lagi akan menginjak usia delapan tahun. Nadia Salwa Nisa, suaranya yang agak serak basah ditengah campuran suara guyuran hujan membuat suaranya makin sayu melembut, gadis mungil belahan hatiku, bidadari dan malaikatku, satu-satunya wanita yang ku miliki setelah dua tahun lalu keluargaku menghilang. Kami tinggal bersama bu Yanti, pembantu orang tua kami yang masih mau setia menemani kami. Hingga saat ini tidak sekelumit informasi pun ku dapatkan mengenai keluargaku, hingga putus asaku mencarinya. Lebih-lebih lemahnya hatiku juga membuat cibiran orang-orang itu makin menciutkan hati. Namun berbeda dengan Nadia, ia hanya bersandar dengan keluarga tidak kurang dari enam tahun, keyakinanya yang tak wajar bagiku selalu memacuku untuk terus optimis dan tersenyum. Terkadang ku berfikir di umur yang akan menginjak delapan tahun ini, ia bisa bersikap dewasa jauh melebihi diriku. Tok…tok..tok.”.Kak.”.sapa Nadia membangunkanku lagi, sekejap ku tersadar dari lamunan persekian detik tadi, ku lihat jarum jam sudah akan mengunjungi angka tiga tepat. Seperti biasa saya harus bangun, ucapku dalam hati. “Iya Nadia..” selaku seraya melangkah kearah pintu, ku buka perlahan, tampak wajah penuh keceriaan berseri-seri memancar, rautnya yang manis menambah semangtku, kemudian ku kecup keninganya seraya berkata “Kakak akan ambil wudhu dulu, Nadia tunggu diruang shalat ya”. “Iya kak” jawab Nadia sembari tersenyum. Setelah shalat tahajud kami berdoa, seperti biasa Nadia yang memimpin, ketulusan hatinya membuatku seolah-olah bisa menentukan takdir bahwa nantinya ia akan menjadi panutan. Amin... seru Nadia. Tanpa sadar ia telah usai berdoa, kali ini ku melewatkan doa bersamanya dalam lamunan. Ku tarik ia kepangkuanku, kupeluk erat sekali seakan kami akan berpisah jauh.. beberapa detik hening menyelimuti kami. Kak,, “suara Nadia terlontar. “Ia Nadia”. ku jawab perlahan. Nadia melanjutkan “Kita akan berjupa ayah dan ibu”. Ku peluk ia makin erat. “Nadia janji” tambah Nadia meyakinkanku. Mendengar kata-kata itu tak tahan ku bendung tangis ini, ku peluk erat Nadia, ku sapu linangan air matanya yang sedari tadi mengalir tersendat-sendat, makin erat pelukanku, semakin erat. Senduku lapisi dengan senyum lantas ku berkata “Iya Nadia benar, kita akan bertemu ayah dan ibu, ditempat yang indah dimana ada Nadia-Nadia mungil lain dan kak Diana lain”. “Tidak kak” sangah Nadia. “Mereka akan menghampiri kakak dirumah ini, mereka akan membawa seorang anak laki-laki sementara Nadia akan menemui ayah dan ibu”. Ku turut dalam tangisan bersama Nadia, kata-kata itu menyelinap masuk ke hatiku menyentuh muara yang terselubung kerinduan akan ayah dan ibu. *** Pukul tujuh kurang lima belas menit, setelah berpamitan dengan bu Yanti yang sedang berada di dapur, ku antar Nadia ke sekolah dasar, tidak jauh dari tempat kami tinggal hanya 100 M. Nadia dikenal oleh guru-guru, sebagai anak yang cerdas, pemberani, santun dan bersemangat, mereka menilai Nadia lebih dewasa dari teman-temannya. Satu bulan yang lalu, saat diadakan lomba pidato dengan tema; Orang Tua, Anak dan Masa Depan, secara mendadak ia diminta menggantikan Rudi teman sekelasnya yang tiba-tiba sakit saat akan berlomba. Tanpa pikir panjang dan persiapan apapun, ia mengangguk lantas berkata., “Iya, dan saya bisa bu”.. yang membuat para guru takjub yakni ia mampu berpidato dengan semangat membara tanpa terputus-putus, seakan-akan piawai berpidato seperti bapak Soekarno, Bung Hata, Bu Kartini, ia berkata-kata seindah mutiaranya Imam Gahazali dan Imam syafi’i. Diujung pidatonya ditengah ribuan mata menyaksikan, ia berdiri tegak agak condong ke kanan, tangan kanannya menggenggam dan tangan yang lain ia dekapkan di dada kanan, dengan semangat ia berucap “ Teman-teman, hidup optimis, hidup yang punya masa depan, pesimis akan suramkan hal-hal bahagia yang ada dihadapan kita”. “Untuk teman-teman yang masih berbalut kehangatan kasih sayang papa-mama” suara Nadia makin meredup. Seketika Nadia memandang sekelilinganya, ia memandang langit dan berkata dalam hati “Tuhan, tak lama saya merasa hangat pelukan mama, kasih sayangnya saat ini ingin ku persembahkan untuk kakakku tercinta, kak Diana. Tetesan air mata Nadia, mulai mengalir menemani akhir pidatonya.. ia masih memandang langit, matanya terus berlinang air mata. Penonton terbawa hanyut kesedihan Nadia, mereka ikut menangis, dari kejauhan dipojok kursi belakang ku saksikan sendiri adik kecilku, andai ayah dan ibu ada, mereka akan bangga. **** Pagi hari sedikit cerah, bayangan pepohonan tak tampak karena matahari dipunggungi awan. Rumah sepi, namun tiba-tiba Nadia berteiak..”Kak Diana……” ia berlari, berteriak-teriak. Kekanak-kanaknya tampak. “Ada apa Nadia..?” “doa Nadia akan segera terkabul kak ?. “Doa “?? Dahi ku mengerut bingung. Nadia hanya tersenyum, ia berlari mendekatiku dan mencium pipi kananku, sebelum ku berucap ia langsung pergi ke kamarnya lagi. “Ada apa Diana?” Tanya bu Yanti heran. “Tidak bu, itu Nadia tampaknya bahagia sekali, doanya kan terkabul, doa yang mana ya bu?”.. “Entahlah” jawab bu Yanti. “Apapun doa Nadia, ibu rasa itu hal yang baik buat dia dan kamu”. “Nadia bisa memahami keadaan dan ingin merubahnya, ia calon wanita yang hebat, dan tegar Din” Bu Yanti melanjutkan, “Kamu juga harus bahagia Din, bukankah keluarga Rio akan datang melamarmu malam ini”, senggol bu Yanti agak genit. Aku hanya tersenyum dan berkata : “Iya bu…” Jantungku berdebar kencang, darah cepat melaju mengitari tubuhku, namun tanganku terasa dingin kaku. Ku ambil segelas air putih, ku teguk. Ku bahagia karena malam ini akan ada yang melamarku. Nadia sejak tadi mengamatiku, ia tercengang melihat kakanya yang modar-mandir mengambil air minum. “Kak Diana, duduk sini..” ia mengulurkan tanganya mengajakku duduk. “Tenang kak.” mutiaraku berucap. Ia merangkulku. “Kakak akan hidup bahagia dengan kak Rio” Bisik kecil Nadia. “Nadia akan ikut kakak” kataku pada Nadia. “Tinggal bersama kakak dan kak Rio”. “Tidak kak” sanggah Nadia. “Nadia tidak ingin merepotkan dan menjadi beban kakak, Nadia punya tujuan, cita-cita tinggi, Nadia ingin menjadi seorang yang bisa memberi kehangatan kepada orang lain. Nadia ingin jadi lilin meskipun terang redup tapi ia masih bisa menerangi sekitarnya, kakak kuat, Nadia pun kuat, kita wanita kuat kak”. “Nadia…” keluh ku. “Kamu satu-satunya keluarga yang kakak punya, haruskah kita berpisah?, kakak tak sanggup Nadia”. Nadia melepas pelukanya dariku ia menggenggam tanganku kemuadian berkata “Nadia akan selalu bersama kakak, meskipun tidak dalam satu tempat kak. Jiwa Nadia selalu ada jika kakak menyadarinya”. Perbincangan kakak dan adik tersebut berlangsung lama hingga keluraga Rio datang, proses lamaran berjalan lancar, dan langsung menentukan tanggal pernikahan. *** Dua hari lagi halalku, debar-debar ini tidak hanya karena aku akan memiliki pendamping hidup tetapi juga karena akan berpisah dengan adikku yang tak ingin tinggal bersama. Untuk beberapa saat aku akan sering mengunjunginya. Hari H (hari pernikahan) berjalan lancar. Sehari, dua hari, tiga hari dan berhari-hari ku selalu mengunjungi Nadia tiap sore. 21 April 2012, sore hari tak seperti biasanya, rumah sepi. Nadia tak tampak, bu Yanti juga tak tampak. “Kemana mereka?” pikirku resah. Diluar ada suara mobil menderum dan berhenti didepan rumah, Rio suamiku kembali, ia tergesa-gesa masuk kerumah hingga lupa mengucapkan salam. Dengan terengah-engah ia berkata “Dek... kita kerumah sakit Mitra sekarang, Nadia dirawat”. Sontak ku kaget, wajahku memucat pasi, tanganku gemetar tak karuan, kedua kakiku rasanya tak kuat menopang hingga ku seperti akan jatuh. Suamiku menuntunku masuk kedalam mobil. Kami meluncur cepat ke rumah sakit Mitra, dengan rasa cemas, ku berlinangan air mata, mengucur deras. Rumah sakit Mitra tak seramai pasar malam dengan kegembiraan, banyak isak tangis dipojok ruangan yang beberapa tulisanya sudah hilang (KA AR M YAT) . Namun hal itu tidak menafikan kegembiraan sekelumit orang yang bersyukur karena keluarganya sudah bisa dibawa pulang. Didepan ruangan khusus yang saya tak tahu namanya, bu Yanti tampak duduk sendiri, kami langsung menemuinya. Dari luar kamar ku bisa melihat Nadia berbaring. Ku masuk dan menemuinya, Nadia tampak sehat, tak terbalut perban, tak ada luka ditubuhnya, tak ada tanda-tanda ia harus berbaring di ranjang besi, ia diselimut kain hitam putih memanjang. Nadia tersenyum. Ku bertanya dan memegang tanganya “Kenapa Nadia bisa berada disini?” Ia tak menjawab pertanyaan ku, justru kata-kata yang keluar dari dua bibir tipisnya adalah “Ini jalan menuju terkabulnya doaku kak, doa yang sudah hampir dua tahun ini kita lantunkan, dalam selubung kain putih bertali diatas hamparan sajadah”. Nadia melanjutkan “Ibu ayah sudah datang kerumah dengan seorang anak laki-laki, Nadia juga akan menjemput ibu dan ayah. Kita akan hidup bahagia kak, meskipun tidak dekat, jiwa Nadia akan ada bersama kakak. Nadia sayang kakak..”.. Semua terdiam, Nadia juga terdiam senyap, keharuan masuk dalam ruangan ukuran 4 X 5 M itu. Literan air mata mungkin sudah ku keluarkan, hingga rasanya kering tak kumiliki lagi. Namun malam itu semua tersapu suasana haru, untuk terakhir kalinya ku peluk erat tubuh adik ku, air mataku mengalir kembali, air mata yang berasal dari sumberku yang terdalam yang menjadi saksi perpisahan kami. Ku sudah bertemu dengan ayah ibu yang menjadi orang tuaku, dan anak-lakinya menjadi suamiku, Nadia pergi, menjemput ayah dan ibu... “Tidak” ! ia tidak pergi. Semangatnya, cita-citanya, tekadnya, pikiranya, dan senyumannya selalu ada mendampingiku. Setahun kemudian seorang anak wanita hadir kedunia, ia merupakan pencerah, lilin baruku. Ku namai ia Nadia Putri Diana anak ku jiwa adik ku.