Translate

Sunday, April 7, 2013

SEMANTIK

Nama : Septian Saputro 09110023 SEMANTIK

1. berbagai macam jenis makna diungkapkan oleh para ahli, diantaranya mansur pateda yang menggolongakan jenis makna secara alfabetis dalam 29 jenis. Seperti afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, gramatikal, ideasional, itensi, khusus, kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual, konstruksi, kontekstual, leksikal, lokusi, luas, piktorial, proposional, pusat, referensial, sempit, stilistika, tekstual, tematis dan umum.
Kemudian Abdul Chaer sendiri mengolongakan ke dalam 16 jenis makna. Seperti : leksikal, gramatikal, referensial, nonreferensial, denotatif, konotatif, kata, istilah, konseptual, asosiatif, idiomatikal, peribahasa, kias, kolusi, ilokusi dan perkolusi.
 I Dewa Putu Wijana menggolongakna dalam 8 jenis, seperti : leksikal, garamatikal,, denotatif, konotatif, literal, figuratif, primer dan sekunder.
Fatimah Djajasudarma menggolongakan dalam 14 jenis, seperti : sempit, kognitif, luas, konotatif, emotif, referensial, konstruksi, leksikal, gramatikal, ideasional, proposisi, pusat, piktorial dan idiomatik. Diantara beberapa pendapat diatas tidak ada yang sama mengenai jumlahnya. Namun jika dibandingkan jenis-jenis makna yang ada terdapat beberapa yang sama seperti jenis makna: kognitif, denotatif, gramatikal, leksikal dll. Sementara yang lain kebanyakan hanya berbeda dalam hal peristilahan saja, bahkan ada yang lebih membagi satu jenis ke jenis lain. Perbedaan istilah tersebut misalnya kita dapati antara verhaar yang menggunakan, istilah makna gramatikal dan leksikal sementara boomfield menggunakan istilah makna sempit dan makna luas. Contoh lain jenis makna yang ditawarkan I dewa putu Wijana, jenis primer dan sekunder. Kedua istilah ini dihadirkan sebagai jenis makna melihat butuh atau tidaknya konteks untuk memahami makna. Begitupula dengan isilah makna konseptualnya Mansur pateda yang selaras dengan jenis makna Denotatif. Melihat hal ini semua, ada banyak kesamaan tujuan pengkalsifikasian jenis makna tersebut, hanya saja para ahli diatas menggunakan istilah sesuai dengan apa yang mereka kira sesuai dengan jenis maknanya. Semua hal itu menunjukan kekayaan kebahasaaan yang dimiliki setiap ahli tentunya merekapun memiliki alasan atas penamaan/ pemberian istilah yang mereka lakukakan.

2. Sinonim merupakan sebuah konsep mengenai kesamaan/ kemiripan makna. Berbagai pendapat dikemukakan mengenai sinonim. Zgusta (semantik leksikal : 223) mengatakan , “synonymy”: they are words which have different forms but identical meaning. Begitu pula verhaar mengatakan “sinonimi adalah ungkapan yang kurang lebih sama maknanya dengan satu ungkapan lain”. Bloomfield juga senada dengan pendapat diatas. Pendapat diatas mematahkan apa yang sudah kita fahami mengenai dua kata atau lebih yang memiliki kesamaan makna dan disebut sinonim. Jika memang demikian semua makna yang berbeda fonemis dipastikan maknanya berbeda, lalu apa tujuan adanya konsep sinonim. Saya sependapat dengan apa yang diungkapkan para ahli diatas, beda fonemis artinyapun berbeda namun bagi saya konsep tentang sinonim merupakan suatu konsep yang memiliki banyak kegunaan dalam perkembangan kebahasaan khususnya bagi pembelajar bahasa lain yang belum menguasai banyak kosakata, apalagi terkait bidang teknis tertentu.
Verhaar (abdul chaer : 85) dalam teoinya mengatkan bahwa dalam sinonim “yang sama adalah informasinya” Makna yang dikandung dalam suatu kata yang kita sebut bersinonim itu memiliki makna dasar yang secara umum sama. Itulah yang dapat membantu kita untuk memahami dan menjelaskan suatu kata dengan menggunakan padananya. Namun perlu diperhatikan pula bahwa kata-satu dengan kata lainya meskipun memiliki makna dasar yang sama namun ada nilai rasa, kedalaman makna yang berbeda serta ketepatan yang baru dapat difahami setelah kata-kata tersebut masuk dalam konteks tertentu hal ini bisa kita buktikan melalui teori subsitusi. Misalnya kata dalam bahasa arab : خلق, bagi yang tidak mengerti apaخلق itu, kita bisa memberikan penjelasan pada si pendengar dengan menggunakan sinonimnya seperti جعل, صنع. Ketiga kata itu memiliki makna dasar/informasi yang sama yakni membuat sesuatu (menciptakan) meskipun kata-kata tersebut juga memiliki ciri khas masing-masing atau yang saya sebut memiliki kedalaman makna yang berbeda. Misalnya kata pertama adalah menciptakan pada kholaqo bermakan menciptakan dari yang tidak ada sementara ja’ala menciptakan namun sudah ada benih/ ada yang mengawali.

3. Sudah umum diketahui bahwa kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lain memiliki perbedaan. Begitu pula bahasa satu daerah dengan daerah lain. Kosakata yang diiliki juga tidaklah sama jumlahnya hal ini dikarenakan perbedan kebudayaan. Kebudayaan mempengaruhi perkembangan bahasa setiap tempat. Hal ini senada dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa budaya (pikiran) akan membentuk bahasa seseorang . misalnya bahasa yang berkembang di daerah pantai dan pegunungan akan berbeda. Orang-orang yang tinggal didaerah pantai akan lebih banyak memilii kosa-kata terkait pantai, ikan atau terkait dengan hal itu. Contohnya kata koral, kosa kata ini dimiliki oleh daerah pantai namun di daerah pegunungan mereka tidak mengenal kata itu, kosa kata yang banyak mereka kuasai pastilah terkait tumbuh-tumbuhan. Contoh lain seperti kosakata yang ada di indonesia dimana mayoritas penduduk indonesia bercocok tanam/ petani. Indonesia memiliki kosa kata : padi, beras, nasi gabah atau yang terkait dengan kelapa : cengkir, gading, sabut, belarak, batok, kelapa, kelapa muda (dugan) dll. Kosa kata ini tidak kita dapatkan dalam bahasa Arab, kecuali hanya ar-ruz (nasi) dan an-narojil (kelapa) saja. Hal ini dikarenakan budaya yang berbeda.

4. Banyak ahli mengatakan bahwa kebudayaan dan bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, mereka saling terkait, berhubungan timbal balik. Diatara yang mengatakan hal ituadalah Suryadi, Dosen Politeknik medan. Kehidupan manusia yang dinamis memunculkan perubahan budaya (pemikiran), perubahan tersebut menuntut manusia juga harus pandai berkomunikasi selaras dengan perubahan itu. tuntutan perubahan tersebut memunculkan banyak hal yang harus diwadahi dengan seperangkat leksikal baik berupa kata ataupun kalimat. Pemikiran manusia yang terus berkembang akan mempengaruhi bahasa yang mereka miliki baik akan terjadi perubahan makna ataupun bergeser bahkan bila kita lihat faktor-faktor perubahan makna bukan hanya terjadi perubahan dan pergeseran saja bahkan memunculkan bahasa baru (kosa kata) terkait bidang tertentu. Makna yang sudah ada mengalami perubahan baik secara daikronik dalam waktu yang lama ataupun sinkronik dalam satu waktu. Sebab-sebab pergeseran makna itupun berlainan diantaranya adalah ada sembilan faktor perubahan makna (abdul chaer) seperti : perkembangan dalam ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian dll. perubahan secara diakronik membutuhkan waktu yang lama, dari satu masa ke masa lain. Di sini saya akan memberikan contoh kata ADAB.
Makna ini mengalami perubahan dari masa jahiliyah, Islam awal dan Abasiya hingga sekarang. Pada masa jahiliyah kata ADAB dipakai untuk mengajak orang makan, pada masa islam awal mengalam perubahan menjadi sesuatu yang berhubungan dengan sopan santun/ tata krama sementara pada masa Abasiya kata tersebut juga berarti Sastra. Perubahan kata ADAB tersebut terjadi dalam waktu yang lama karena faktor-faktor tertentu. Sementara perubahan secara sinkronik perubahan yang terjadi hanya dalam satu waktu saja seperti kata : tembak-menembak. 1tem•bak /témbak/ v, ber•tem•bak•an v saling melepaskan peluru dr senjata api (senapan, meriam); me•nem•bak v 1 melepaskan peluru dsb dr senjata api (senapan, meriam, dsb); membedil: ~ ke atas sbg peringatan; ~ harimau; 2 menyepak bola arah ke gawang: ia berhasil ~ ke sudut gawang; tem•bak-me•nem•bak v saling menembak; baku tembak: pasukan patroli terlibat ~ dng pengacau keamanan; sekarang sering kita dengar kata itu digunakan untuk menyatakan cintanya ada orang lain. Seperti : “kalau kamu suka tembak saja dia”. Jadi kata “menembak”

Referensi
Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal.Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2009.Pengantar Semantik Bahasa Indonesi.Jakarta.Rineka Cipta I Dewa Putu Wijana. 2011.Cet. 2. Semantik Teori Dan Aplikasi.Surakarta: Yuma Pustaka. Djajasudarma, Fatimah.2009.Sematik 2 :Aditama http://lidahtinta.wordpress.com/2009/05/30/antara-bahasa-dan-budaya/ http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

No comments: